Antarajabar.com - Perubahan besar-besaran pada label nutrisi makanan Amerika Serikat dalam lebih dari dua dasawarsa berpeluang untuk membantu meningkatkan diet bagi konsumen yang sadar kesehatan, tetapi yang lain mungkin perlu lebih diyakinkan.
       
Pakar kesehatan masyarakat menyambut baik aturan baru itu tapi mengatakan sejumlah orang, yang berada dalam kelompok yang paling berisiko mengidap obesitas dan penyakit yang berhubungan dengan diet, mungkin tidak akan mengubah kebiasaan tanpa langkah-langkah lain untuk mencegah konsumsi gula, seperti pajak atas gula dan label peringatan di iklan makanan.
      
Biro Keamanan Obat Amerika Serikat pada Jumat mengumumkan

Fakta Nutrisi baru yang dikemas dalam aturan label makanan mencakup
data berapa banyak gula yang ditambahkan ke dalam ribuan makanan olahan, mulai dari soda hingga saus spaghetti.
       
Membatasi konsumsi gula berlebih adalah kunci untuk menjaga lingkar pinggang di Amerika Serikat dan untuk mengurangi prevalensi penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2 serta beberapa jenis kanker. Di AS, lebih dari sepertiga orang dewasa mengalami obesitas,
  
Kira-kira dua-pertiga orang dewasa sudah mencoba untuk memotong kembali asupan gula mereka, kata Darren Seifer, Analis industri makanan dan minuman untuk The NPD Group, perusahaan riset pasar yang berkantor di New York.
       
"Ini mungkin benar-benar memiliki dampak. Gula sekarang adalah fokus yang utama bagi konsumen, "kata Seifer.
       
Kelompok industri makanan, banyak dari mereka yang telah mencoba menolak aturan baru itu, mengatakan mereka akan mematuhi perubahan tersebut. Di antara mereka adalah Grocery Manufacturers Association, sebuah kelompok industri yang anggotanya antara lain perusahaan makanan dan minuman, yang mengatakan bahwa konsumen bisa bingung dengan perubahan itu dan akan membutuhkan bimbingan.
       
Sebuah tinjauan penelitian dari beberapa negara, yang diterbitkan di jurnal Kesehatan Nutrisi Publik pada tahun 2011, menemukan konsisten hubungan antara penggunaan label nutrisi dan diet sehat, namun terdapat perbedaan yang luas tentang bagaimana individu bereaksi pada label itu.
       
"Ini adalah alat yang berguna bagi mereka yang benar-benar berpendidikan dan  berhubungan, dan tidak memiliki dampak apa pun bagi populasi yang paling membutuhkan," kata Barry Popkin, seorang profesor nutrisi di Universitas North Carolina di Chapel Hill.
       
Popkin dan Kelly Brownell, dekan Sekolah Kebijakan Publik Sanford di Universitas Duke, mengatakan label itu akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan langkah-langkah lain.
       
Chile telah melarang penggunaan mainan untuk memasarkan makanan untuk anak-anak, misalnya, dan Meksiko, Inggris, serta beberapa kawasan di Amerika Serikat menetapkan pajak untuk soda. Sebuah undang-undang baru San Francisco mengharuskan label peringatan kesehatan pada iklan publik untuk minuman manis.
       
"Saya tidak berpikir ada yang menilai bahwa label itu sendiri akan cukup. Banyak intervensi lain yang akan diperlukan," kata Brownell.
       
Para ahli mencatat bahwa perubahan perilaku besar bisa terjadi jika aturan baru itu meminta produsen makanan untuk membuat ulang resep mereka. Setelah FDA mulai membutuhkan informasi lemak trans pada label nutrisi pada 2006, banyak pembuat makanan merespon dengan mengurangi penggunaan lemak trans buatan, yang meningkatkan risiko penyakit jantung, dari produk mereka.
       
Perkiraan FDA menunjukkan , konsumsi lemak trans buatan turun 78 persen antara tahun 2003 dan 2012.


Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016