Antarajabar.com - Tahun 2016 merupakan tahun perubahan untuk beradaptasi sehingga tetap memberikan optimistis bagi pertumbuhan ekonomi nasional, kata ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra pada seminar edukasi keuangan tahunan "Wealth on Wealth" di Bandung, Kamis.

"Tahun ini merupakan tahun perubahan untuk beradaptasi yang  ditandai dengan adanya invetasi baik oleh pemerintah maupun swasta yang makin membaik," kata Aldian.

Menurut dia, saat ini pemerintah telah mengalokasikan biaya belanja sebesar Rp313 triliun untuk infrastruktur atau meningkat delapan persen dibanding periode sama tahun lalu.

Selain itu, kata dia pemerintah juga telah meluncurkan berbagai kebijakan deregulasi yang diharapkan akan membantu meningkatkan iklim investasi bagi investor.

"Kami optimistis tahun 2016 perekonomian akan membaik," katanya.

Lebih lanjut ia menyebutkan secara global, perekonomian tidak banyak mengalami perubahan. Sehingga Indonesia  tidak bisa bergantung pada pasar global.

Di sisi lain modal optimistis di awal tahun ini adalah nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sejak beberapa waktu terakhir, terus menguat dan relatif stabil. Saat ini nilai rupiah sebesar Rp13.300 dan terus stabil di angka itu.

Selain itu harga jual minyak dunia turun sehingga membuka peluang bagi pemerintah untuk kembali menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) sehingga dapat menekan inflasi sehingga ekonomi nasional lebih stabil.

"Tidak tertutup kemungkinan, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuannya, yaitu Suku Bunga Bank Indonesia (SBI). Kemungkinannya  SBI kembali turun menjadi 6,75 persen," katanya.

Alfian berpendapat, turunnya SBI dapat membuat suku bunga deposito pun turun sehingga bisa mendorong masyarakat melakukan diversifikasi investasi, baik dalam bentuk reksa dana, asuransi, maupun obligasi pemerintah.

Perkembangan  reksa dana di Indonesia cenderung positif. Pada periode 2008-2014, secara rata-rata, pertumbuhan reksa dana  naik 20 persen dengan total  kapitalisasi mencapai Rp275 triliun.

"Tapi, pada 2015, pertumbuhannya melambat, yaitu sebesar 13 persen. Mudah-mudahan tahun ini bisa kembali tumbuh," katanya.

Sementara itu Executive Director Head Wealth Management Standard Chatered Bank Bambang Simarno menyatakan pihaknya mendorong masyarakat dan nasabah untuk melakukan diversifikasi investasi.

"Sejak 2004 kami melakukan upaya mendorong diversifikasi intestasi, salah satunya mendorong produk reksa dana. Tingkat partisipasi dan akses ke sektor itu baru 0,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 300 ribuan," kata Bambang Simarno.

Sementara itu asuransi baru menjamah 2,4 persen penduduk Indonesia. Edukasi produk investasi alternatif tersebut menurut dia perlu ditingkatkan lagi.

"Saat ini ada sekitar 50 produk reksadana dan 20 produk asuransi yang bisa menjadi alternatif berinvestasi," kata Bambang menambahkan.

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016