Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah belakangan ini bisa menjadi alasan untuk menahan suku bunga acuan BI-Rate (Bank Indonesia).
"Hari ini, BI kemungkinan mempertahankan suku bunga acuannnya meskipun The Fed (Federal Reserve) akan memangkas suku bunganya dini hari nanti. Pelemahan rupiah belakangan ini bisa menjadi alasan untuk menahan suku bunga acuan BI," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Terkait pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perihal kasus dugaan korupsi dalam penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) BI, lanjutnya, masalah ini tak berkaitan dengan urusan kebijakan moneter. Namun, problem ini kurang lebih bisa mengganggu konsentrasi BI untuk mengelola kebijakan.
"Jadi, sedikit banyak bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah paling tidak hingga permasalahannya jelas," ucap dia.
Untuk pergerakan indeks dolar pada pagi ini mengalami kenaikan menjadi 106,92 dibandingkan pagi sebelumnya, yakni 106,77. Artinya, dolar AS masih menguat dibandingkan nilai tukar lainnya.
Selain itu, data penjualan ritel AS bulan November month to month (MoM) menunjukkan kenaikan menjadi 0,7 persen, melebihi bulan sebelumnya yang sebesar 0,5 persen. Hal ini berarti ekonomi AS masih bagus, sektor ritel masih menopang pertumbuhan.
Dia memprediksi nilai tukar rupiah masih bergerak di atas Rp16 ribu per dolar AS dengan potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.100 per dolar AS dengan support di sekitar Rp16 ribu per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.085 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.101 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pelemahan rupiah belakangan ini bisa jadi alasan BI tahan suku bunga
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024