Antarajabar.com – Festival Kaulem 2015 mengangkat "Pagawean Barudak" (pekerjaan anak-anak) Baduy sebagai bagian paparan dari riset terkait permainan tradisional Sunda yang digelar di Aula Timur ITB Bandung, Selasa.
Kegiatan yang berbarengan dengan Pameran Transmisi Nilai-Nilai Dalam Mainan dan Permainan Tradisional itu menampilkan hasil riset Pimpinan Komunitas Hong Muhamad Zaini Alif.
"Pameran ini sebuah upaya menjelaskan seluk-beluk, mekanisme kerja, dan metologi penelitian dalam rangka mencapai suatu temuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Zaini Alif.
Ia menyatakan menyelidiki lebih lanjut tentang berbagai permainan anak mulai dari skala lokal, nasional, hingga internasional. Hasil dari penelusurannya tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dari jenis permainan yang dimainkan pada zaman kolonial, proses akulturasi terjadi pada masa tersebut.
Hal itu membuatnya tertantang untuk menelisik keaslian permainan yang ada.
"Berangkat dari sana saya bentuk tim ekspedisi ke Baduy Dalam yang secara antropologis masih menganut ke tradisi leluhurnya. Disanalah saya temukan Pagawéan Barudak sebagai jenis permainan yang berlaku bagi orang Baduy," katanya.
Menurut dia permainan itu tidak seperti bentuk permainan yang bercorak hiburan pada umumnya. Permainan sebagai pagawéan bermakna sebagai aktivitas harian untuk membantu anak menjadi mandiri, berbakti kepada orang tua dan mematuhi nilai-nilai adati.
"Orang tua dari Suku Baduy telah menghargai bahwa anak-anaknya sudah mempunyai 'pekerjaan' lewat pagawéan barudak ini dan sangat menganjurkan permainan yang sarat nilai sebagai sesuatu yang sangat berguna," .
Ia menyatakan prihatin karena ada orang tua di perkotaan yang melarang anak-anak untuk bermain karena menganggap permainan itu tidak berguna.
Ia berharap dengan adanya pameran itu dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivitas bermain dan permainan merupakan hak setiap anak yang dapat membentuk karakter dan jati diri serta mengedukasi konten pola pendidikan masyarakat leluhur yang terkandung dalam permainan tradisional.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015
Kegiatan yang berbarengan dengan Pameran Transmisi Nilai-Nilai Dalam Mainan dan Permainan Tradisional itu menampilkan hasil riset Pimpinan Komunitas Hong Muhamad Zaini Alif.
"Pameran ini sebuah upaya menjelaskan seluk-beluk, mekanisme kerja, dan metologi penelitian dalam rangka mencapai suatu temuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Zaini Alif.
Ia menyatakan menyelidiki lebih lanjut tentang berbagai permainan anak mulai dari skala lokal, nasional, hingga internasional. Hasil dari penelusurannya tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dari jenis permainan yang dimainkan pada zaman kolonial, proses akulturasi terjadi pada masa tersebut.
Hal itu membuatnya tertantang untuk menelisik keaslian permainan yang ada.
"Berangkat dari sana saya bentuk tim ekspedisi ke Baduy Dalam yang secara antropologis masih menganut ke tradisi leluhurnya. Disanalah saya temukan Pagawéan Barudak sebagai jenis permainan yang berlaku bagi orang Baduy," katanya.
Menurut dia permainan itu tidak seperti bentuk permainan yang bercorak hiburan pada umumnya. Permainan sebagai pagawéan bermakna sebagai aktivitas harian untuk membantu anak menjadi mandiri, berbakti kepada orang tua dan mematuhi nilai-nilai adati.
"Orang tua dari Suku Baduy telah menghargai bahwa anak-anaknya sudah mempunyai 'pekerjaan' lewat pagawéan barudak ini dan sangat menganjurkan permainan yang sarat nilai sebagai sesuatu yang sangat berguna," .
Ia menyatakan prihatin karena ada orang tua di perkotaan yang melarang anak-anak untuk bermain karena menganggap permainan itu tidak berguna.
Ia berharap dengan adanya pameran itu dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa aktivitas bermain dan permainan merupakan hak setiap anak yang dapat membentuk karakter dan jati diri serta mengedukasi konten pola pendidikan masyarakat leluhur yang terkandung dalam permainan tradisional.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015