Antarajabar.com -  Seorang sarjana jurusan tekstil Hutri Devina (21) mengolah limbah benang di kawasan rajutan Binongjati Kota Bandung menjadi produk aksesori unik dan berdaya jual.

"Telah menjadi fenomena industri tekstil, setiap proses produksinya pasti akan menghasilkan limbah dan tidak semua industri bisa memanfaat limbah pascaproduksi itu," kata Hutri yang jebolan studi kriya tekstilnya di Institut Teknologi Bandung dan Telkom University di Bandung, Kamis.

Di tangannya, limbah benang aneka warna dapat diubah menjadi pemanis tas tangan dan selempang hingga hiasan sulam tangan pada pakaian.

Hasil kreasinya tersebut dituangkan dalam lini pakaiannya, HDS. Ia juga memasarkan tas karyanya melalui online-shop di akun jejaring sosial.

"Pemanfaatan limbah melatih proses kretivitas untuk menemukan material baru di industri tekstil yang, selain memiliki nilai estetika, juga memiliki nilai fungsi serta ekonomi," katanya.

Ia mengaku cukup sulit untuk mengerjakan desain yang mengandalkan craftsmanship atau kemahiran tangan dalam mencipta sesuatu, terutama sulam tangan.

Prosesnya limbah benang dibersihkan, kemudian dipisahkan berdasarkan warna. Setelah itu, kain yang akan dihias sulam tangan digambari pola terlebih dahulu.Hasil sulaman tangan ditempel di pola pakaian dan dijahit.

Ia menyebutkan, seluruh modal produksi usahanya murni dikelola melalui pendanaan pribadi. Mayoritas konsumen pun beragam, mulai dari pelajar dan mahasiswa, karyawati dan ibu rumah tangga.

"Pemasaran masih melalui media sosial," katanya.

Berkat kiprahnya sebulan lalu pernah diundang oleh sebuah stasiun televisi swasta guna berbincang-bincang perihal keunikan produknya.

Ia berpendapat, saat ini masih jarang desainer yang mau memasukan unsur limbah atau sumberdaya lokal lain ke dalam desainnya.

"Kebanyakan masih main aman dengan mengikuti alur selera pasar," katanya.

Bagi yang ingin berkreasi dengan limbah menurut dia tentukan dulu jenis dan efek samping limbah tersebut, kemudian pikirkan upaya yang kreatif dan out of the box, berani menjadi beda.

"Setelah itu baru dituangkan dalam produk," kata Hutri menambahkan.***3***



Pewarta: Khansa

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015