Antarajawabarat.com, 7/7 - Center for Orang Utan Protection (COP) gelar aksi tutup mulut sebagai upaya penolakan eksploitasi orangutan di Bandung, Selasa.

"Orangutan bukan mainan, namun kondisi riilnya orang utan masih banyak dijadikan hewan peliharaan, terutama di Kalimantan," kata koordinator aksi COP Ikhwanussafa Sadidan.

Ia menjelaskan ada dua jenis orangutan di Indonesia, yaitu orangutan asal Kalimantan dan Sumatera.

"Jumlah habitatnya setiap tahun menurun. Terakhir data kami dapat di Kalimantan jumlahnya tinggal 50 sampai 60 ribu, dan di Sumatera enam sampai tujuh ribu." Katanya.

Penurunan habitat diakibatkan eksploitasi seperti dijadikan peliharaan dan dijual-belikan dengan bebas. Biasanya dijual saat masih bayi dengan harga satu sampai tiga juta rupiah, sementara yang dewasa biasanya berusia sebelum enam tahun.

Selain itu, kata dia, orangutan sering dijadikan komoditas sirkus, hiburan dan menjadi menu makanan. Orangutan adalah hewan liar, mereka (orangutan) berbeda dengan hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Hewan jenis arboreal ini, merupakan tipe hewan yang menghabiskan hidupnya di pohon.

"Kami menyesalkan kandang orang utan di kebun binatang di Indonesia tidak ada pohonnya. Jika tujuannya untuk mendidik, diperlukan kandang yang sesuai habitatnya, seperti di Singapore Zoo," katanya.

Soal kepemilikan orang utan secara personal, khusus di Bandung belum ditemukan. Menurutnya bila ditemukan akan dikembalikan ke Balai konservasi di Yogyakarta.

Selain aksi diam kata Ikhwan, aksi berupa teater sering dilakukan di beberapa daerah lainnya seperti di Aceh, Surabaya, Yogya, Jakarta, Kaltim, Sumatera dan Solo. Ikhwan berharap tidak ada lagi eksploitasi hewan liar termasuk orangutan.

"Harapannya tidak lagi dijadikan bahan sirkus atau foto bersama, sementara itu mereka dieksploitasi," katanya menambahkan.***3***



Dede Lukman

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015