Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar rupiah berpotensi masih mengalami tekanan pasca pengumuman rapat moneter Federal Reserve (The Fed).

“Potensi pelemahan hari ini ke arah Rp16.100 dengan potensi support di sekitar Rp16.000,” katanya ketika ditanya Antara, Jakarta, Rabu.

Seperti diketahui, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) mencatatkan dua poin penting.

Pertama, The Fed tak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini. Artinya, tidak adanya kenaikan memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko.

Kedua, The Fed memutuskan penundaan pemangkasan suku bunga AS karena belum yakin inflasi AS akan menurun ke 2 persen. Indikasi penundaan pemangkasan suku bunga memberikan kekhawatiran di pasar bahwa The Fed bisa tak mengeluarkan keputusan tersebut pada tahun ini.

Kendati ada pelonggaran quantitative tightening (QT) yang membuat imbal hasil obligasi AS menurun, tetapi sikap The Fed dinilai masih menunjukkan ketidakpastian, sehingga berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah.

QT merupakan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed untuk memperkecil neraca dengan menyusutkan cadangan moneter guna menghilangkan likuiditas atau uang dari pasar keuangan guna menghindari dari terjadinya inflasi. Hal ini dilakukan dengan cara menjual obligasi yang dimiliki bank sentral kepada publik.

“Sikap The Fed masih menunjukkan ketidakpastian. Kalau The Fed masih bingung, (nilai tukar) dolar bakal bolak balik (naik turun),” ungkap Ariston.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kurs rupiah masih alami tekanan pasca pengumuman rapat The Fed

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024