Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memperkuat langkah sosialisasi dalam upaya untuk mencegah kekerasan terhadap anak dengan memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada para siswa maupun tenaga pendidik yang ada di kota itu.  

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati mengatakan bahwa lembaga pendidikan menjadi salah satu institusi strategis dalam mencegah serta menangani kekerasan terhadap anak.

“Tujuan sosialisi di lingkungan pendidikan ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang bullying dan kekerasan seksual ataupun kekerasan lainnya terhadap anak dan tenaga kependidikan,” kata Uum di Bandung, Senin.   

Uum menjelaskan sosialisasi ini merupakan hal yang strategis dalam hal pencegahan tindak kekerasan terhadap anak dengan harapan para siswa maupun tenaga pendidik dapat meningkatkan pengetahuan terkait hal tersebut.

“Hal ini demi mencegah kekerasan terhadap anak di sekolah serta menjamin masa depan anak-anak kita yang lebih baik, karena pada tahun 2045 kita harus mencetak anak-anak yang sekarang harus menjadi generasi emas,” kata dia.

Menurut dia, sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak ini akan berlangsung di 30 sekolah di Kota Bandung dengan melibatkan lebih dari 160 lembaga pendidikan mulai dari lingkup Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Ini sebagai langkah strategis dan pencegahan di Kota Bandung untuk memberikan kenyamanan selama pembelajaran berlangsung," katanya.

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sepanjang Januari hingga Mei 2024, telah terjadi 12 kasus kekerasan anak di wilayah Kota Bandung.


“Alhamdulillah memang tahun 2023 itu mengalami penurunan kasus kekerasan, tetapi rupanya untuk anak-anak kita masih perlu bekerja keras lagi karena memang masih ada terjadi beberapa kekerasan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah,” kata Uum.

Sementara itu, Plh Sekretaris Daerah Kota Bandung, Hikmat Ginanjar mengatakan sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan suasana di sekolah yang nyaman dan aman untuk menyiapkan generasi bangsa yang akan datang.

"Kegiatan ini meningkatkan bahwa perundungan tidak menyenangkan, akan buat suasana itu tidak kondusif. Maka sosialisasi sekarang ini tidak hanya bagi kepala sekolah, guru, tapi termasuk peserta didik agar memahami sesuai Merdeka Belajar," kata Hikmat.

 

Pewarta: Rubby Jovan Primananda

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024