Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa kaum ibu adalah kunci dan tiang negara untuk mewujudkan negara yang kuat.
 
"Ibu-ibu adalah kunci, karena an nisa imadul bilad, perempuan adalah tiang-tiang negara," katanya dalam acara Hari Lahir (Harlah) Ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta, Sabtu.
 
Untuk itu, demi kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan demi cita-cita memajukan peradaban bangsa, Gus Yahya menyatakan, kaum ibu Muslimat harus siap bergerak dan berjuang bersama dalam menopang kejayaan bangsa dan negara.
 
"Muslimat kuat, Indonesia kuat," katanya.
 
Ia mengemukakan alasan di balik berdirinya Muslimat NU, 20 tahun setelah didirikannya organisasi terbesar di dunia tersebut pada 1926.
 
Pendirian Muslimat NU, ujarnya, diawali dengan para pendiri NU yang mempersilakan dua tokoh perempuan NU saat itu, Nyai Siti Saroh dan Nyai Djuaesih, untuk berbicara pada muktamar NU yang diadakan pada 1938 di Banten.

"Ini artinya muasis atau pendiri NU memikirkan dan merancang strategi penguatan ibu-ibu NU. Kenapa? Karena NU didirikan dengan cita-cita membangun peradaban," katanya.
 
Ia menjelaskan perjuangan dan cita-cita membangun peradaban dimulai dengan negara yang kuat, sedangkan para ulama mengetahui bahwa ibu-ibu menjadi kunci penting untuk mewujudkan negara yang kuat itu.
 
Untuk itu, dalam Harlah Ke-78 Muslimat NU ia mengucapkan selamat kepada badan otonom organisasi NU tersebut.
 
"Kita yakin Allah Subhanahu wa Ta'ala tak henti-hentinya mencurahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua," kata Gus Yahya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena telah berperan besar bagi NU.
 
"Pak Presiden, kami warga Muslimat NU menyampaikan terima kasih bahwa perhatian Bapak Presiden tidak sekadar mengusulkan Hari Santri, tapi beliau juga yang memulai menyiapkan dana abadi untuk pesantren," kata dia dalam acara Hari Lahir (Harlah) Ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta, Sabtu.
 
Selain mengusulkan Hari Santri dan menyiapkan dana abadi pesantren, ucapan terima kasih juga disampaikan dia karena Presiden Jokowi turut membantu 184 perguruan tinggi di lingkungan NU.

Baca juga: Ratusan ribu anggota Muslimat NU ramaikan harlah ke-78 di GBK
 
Salah satunya, ungkap dia, menginisiasi perguruan tinggi yang fokus di bidang keilmuan digital, seperti kecerdasan buatan.
 
"Ibu, Pak Presiden, mungkin banyak yang belum paham kalau artificial intellegence (kecerdasan buatan) itu ilmu yang mahal dan langka. Dan beliau (Presiden Jokowi) memberi dan memfasilitasi. Akhirnya Uni Emirat Arab memberi bantuan yang besar sekali Bu, tembus Rp1 triliun yang saya dengar," ujarnya.
 
Selain berterima kasih kepada Presiden Jokowi, Khofifah juga mengucapkan terima kasih kepada PBNU yang telah berusaha maksimal sehingga dapat menghantarkan PBNU menjadi salah satu organisasi terbesar di dunia.
 
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga mengucapkan terima kasih kepada Muslimat NU yang senantiasa menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan merawat Pancasila.
 
"Atas nama masyarakat, bangsa dan negara, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Muslimat NU yang selalu menjaga NKRI, merawat Pancasila, selalu merawat persatuan dan kerukunan untuk Indonesia Maju," kata dia.

Presiden Jokowi tiba di Stadion Utama GBK sekitar pukul 06.30 WIB dengan mengenakan baju putih dipadukan dengan jas berwarna biru gelap, kopiah, dan bawahan sarung.
Baca juga: Presiden hadiri Harlah ke-78 Muslimat NU
Baca juga: Khofifah: Politik Muslimat NU adalah politik kebangsaan
Baca juga: Yenny Wahid sebut NU punya kedekatan khusus dengan Jokowi


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ketum PBNU: Kaum ibu adalah tiang negara

Pewarta: Sean Muhamad

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024