Iran menembakkan rentetan rudal balistik ke sejumlah posisi "kelompok teroris" di Suriah dan Irak pada Senin (15/1) malam, kata Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dalam sebuah pernyataan.

IRGC mengatakan "markas mata-mata" dan "perkumpulan kelompok teroris anti-Iran" di Suriah dihancurkan dengan rudal balistik, seperti dikutip oleh media resmi.

Pernyataan itu mencatat bahwa serangan dilakukan untuk merespons "kejahatan teroris baru-baru ini" yang dilakukan kelompok anti-Iran, merujuk kepada dua serangan bom di Kota Kerman di bagian tenggara pada awal bulan ini dan serangan terhadap kantor polisi di Provinsi Sistan-Baluchestan pada Desember.

Mereka menyatakan bahwa "para komandan dan elemen utama" yang terkait dengan serangan baru-baru ini di Kerman dan Rask diidentifikasi di Suriah dan menjadi sasaran rudal balistik pada Senin malam.

Sedikitnya 93 orang tewas setelah dua pengebom bunuh diri meledakkan bahan peledak mereka dalam sebuah pertemuan besar di Kerman.

Serangan itu terjadi pada peringatan empat tahun kematian mantan komandan militer tertinggi Iran Jenderal Qassem Soleimani.

Dalam insiden terpisah pada pertengahan Desember, sedikitnya 11 petugas polisi tewas setelah sebuah kantor polisi diserang di Kota Rask di Provinsi Sistan-Baluchestan di bagian barat daya, yang berbatasan dengan Pakistan.

Pada Minggu (14/1), kepala polisi Iran Brigadir Jenderal Ahmad Reza Radan mengumumkan penangkapan pelaku serangan di Rask. Terdakwa utama dalam serangan Kerman, yang merupakan dua warga negara Tajikistan, juga telah ditangkap.
Di bagian lain pernyataan itu, IRGC juga mengatakan bahwa mereka juga menargetkan markas besar agen mata-mata Israel Mossad di wilayah Kurdistan Irak dengan serentetan rudal dan "menghancurkannya."

Lokasi tersebut telah menjadi "pusat pengembangan operasi spionase dan perancangan kegiatan teroris di wilayah tersebut dan Iran," kata pernyataan itu.

Sejumlah laporan media menyebutkan bahwa serangan-serangan itu terjadi di sekitar konsulat AS di Erbil.



Fasilitas AS Tak Jadi Sasaran

Gedung Putih mengungkapkan tak  ada personel atau fasilitas milik Amerika Serikat yang menjadi sasaran serangan rudal Iran di Irak utara dan Suriah utara pada Senin malam.

"Kami telah melihat laporan tersebut, dan kami melacak rudal-rudal tersebut, yang diluncurkan ke Irak utara dan Suriah utara. Tidak ada personel atau fasilitas AS yang menjadi sasaran," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson kepada Anadolu melalui email.

Watson menyatakan AS tengah menjalin komunikasi dengan para pejabat senior Irak dan pejabat-pejabat pada Pemerintah Daerah Kurdistan (Kurdistan Regional Government/KRG).

"Iran mengklaim ini sebagai respons terhadap serangan teroris di Kerman, Iran dan Rask, Iran, dengan fokus terhadap ISIS," kata Watson.
"Kami akan terus menilai situasinya, tetapi indikasi awal menunjukkan bahwa ini adalah serangkaian serangan yang ceroboh dan tidak tepat," kata dia, seraya menambahkan bahwa AS mendukung kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah Irak.

Sejumlah ledakan menimpa sekitar konsulat AS di Erbil yang diakui dilakukan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Mereka mengatakan serangan itu menargetkan "markas mata-mata" dan "perkumpulan kelompok teroris anti-Iran" di wilayah tersebut dengan rudal balistik.

Ketegangan antara Iran dan AS  meningkat di tengah perang Israel di Gaza dan sejumlah perkembangan situasi regional, termasuk serangan terhadap kapal di Laut Merah yang dilakukan kelompok Houthi yang didukung Iran.



Sumber: Anadolu


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Iran klaim serang situs teroris di Suriah, Irak dengan rentetan rudal

Pewarta: Katriana

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024