Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Sabtu mengatakan bahwa Operasi Badai Al-Aqsa berjalan sesuai rencana untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas agresinya.

"Operasi Badai Al-Aqsa berjalan sesuai rencana," kata juru bicara kelompok itu, Abu Ubaida, dalam sebuah pernyataan, menurut saluran satelit Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas.

Dia menyatakan bahwa melalui serangan ini, "perlawanan Palestina dilakukan untuk menuntut pertanggungjawaban Israel atas agresinya terhadap Masjid suci Al-Aqsa dan para pejuang Palestina yang ditahan."

"Ini adalah kesempatan bersejarah untuk mengalahkan pendudukan," lanjut juru bicara tersebut, dengan menyerukan kepada warga Palestina di Tepi Barat dan di dalam Israel untuk "terlibat dalam pertempuran."

Brigade Al-Qassam mengumumkan dimulainya "Operasi Badai Al-Aqsa" dengan serangan roket yang menargetkan beberapa lokasi musuh, bandara, dan instalasi militer.

Israel menyatakan dalam "kondisi siap berperang" setelah beberapa faksi Palestina di Jalur Gaza menembakkan rentetan roket pada Sabtu pagi ke wilayah Israel, menurut laporan Otoritas Penyiaran Israel.

Salvo roket ditembakkan dari beberapa lokasi berbeda di wilayah kantong tetapi sistem pertahanan Iron Dome Israel mencegat banyak di antara serangan tersebut, menurut koresponden Anadolu.

Sedikitnya 20 warga Israel tewas dan lebih dari 540 orang lainnya luka-luka sejak Sabtu pagi dalam serangan roket dari Jalur Gaza, menurut laporan media.
Israel mengerahkan pasukannya untuk menangani penyusunan orang-orang bersenjata Palestina dari Gaza, tambah Army Radio.

Puluhan pesawat tempur Israel menyerang 21 lokasi Hamas di Gaza, menurut kalian tentara Israel dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Brigade Al-Quds Palestina mengklaim telah menangkap sejumlah tentara Israel di Gaza.


Pernyataan Kemlu

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina pada Sabtu mengatakan bahwa mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah satu-satunya jaminan terhadap perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut menyatakan bahwa mereka telah berulang kali memperingatkan bahwa jika konflik Israel-Palestina tidak diselesaikan dan rakyat Palestina tidak diberikan hak untuk menentukan nasib sendiri, maka akan ada konsekuensi yang serius, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA.

"Kami juga telah memperingatkan konsekuensi dari provokasi dan serangan yang dilakukan setiap hari, terorisme yang terus berlanjut oleh para pemukim dan pasukan pendudukan Israel, serta penggerebekan terhadap Masjid Al Aqsa dan situs-situs suci Kristen dan Islam," lanjut pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut disampaikan atas respons kondisi saat ini ketika Israel sedang melancarkan serangan ke Jalur Gaza. Serangan tersebut dilakukan sebagai balasan atas rentetan roket yang diluncurkan pasukan militan Palestina ke wilayah Israel pada Sabtu pagi waktu setempat.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan Israel di Jalur Gaza itu telah menewaskan sedikitnya 198 orang.

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina menyatakan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi di Timur Tengah adalah dengan mengakhiri pendudukan Israel atas Negara Palestina, termasuk Yerusalem Timur dan "Garis Hijau".

Garis Hijau adalah batas-batas yang ada antara Israel dan negara-negara tetangganya yang disepakati dalam Perjanjian Gencatan Senjata 1949. Namun, Israel mengabaikan batas tersebut dalam Perang Enam Hari 1967 dan merebut wilayah-wilayah, termasuk Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.

“Penolakan Israel terhadap perjanjian yang ditandatangani dan ketidakpatuhan terhadap resolusi legitimasi internasional menyebabkan hancurnya proses perdamaian dan tidak adanya solusi terhadap masalah Palestina setelah 75 tahun penderitaan dan pemindahan," kata kementerian tersebut.

Kemlu Palestina menyebut pula bahwa kebijakan standar ganda, diamnya masyarakat internasional terhadap praktik kriminal dan rasis yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, serta berlanjutnya ketidakadilan dan penindasan yang dialami rakyat Palestina menjadi alasan di balik situasi memanas saat ini.

"Perdamaian membutuhkan keadilan, kebebasan dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina, kembalinya para pengungsi, dan implementasi penuh resolusi legitimasi internasional,” lanjutnya.




Sumber: Anadolu

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Brigade Al-Qassam: Operasi Badai Al-Aqsa berjalan sesuai rencana

Pewarta: Katriana

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023