Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 12,30 dolar AS atau 0,65 persen menjadi ditutup pada 1.878,60 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.896,80 dolar AS dan terendah di 1.874,50 dolar AS.
Emas berjangka anjlok 28,90 dolar AS atau 1,51 persen menjadi 1.890,90 dolar AS pada Rabu (27/9/2023), setelah jatuh 16,80 dolar AS atau 0,87 persen menjadi 1.919,80 dolar AS pada Selasa (26/9/2023), dan tergelincir 9,00 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1.936,60 dolar AS pada Senin (25/9/2023).
“Pasar obligasi baru saja mematikan harapan rebound emas dalam jangka pendek,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA.
“Emas seharusnya hampir mencapai titik terendahnya, namun kekhawatiran atas melonjaknya suku bunga obligasi membuat para pedagang logam khawatir bahwa penurunan tersebut mungkin tidak akan segera berakhir. Pergerakan di pasar obligasi membuat kurva imbal hasil obligasi pemerintah lebih terlihat pada jangka panjang, dan ini merupakan berita buruk bagi emas.”
Imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang mengacu pada obligasi 10-tahun AS, melesat ke level tertinggi baru dalam 16 tahun pada Kamis (28/9/2023), di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Aksi jual di pasar obligasi terus berlanjut bahkan ketika dolar AS turun dari level tertinggi bulan ini.
“Jatuhnya emas di bawah level 1.900 dolar AS telah membuka pintu bagi penjualan teknis menuju wilayah 1.870 dolar AS,” tambah Moya. ”Jika imbal hasil obligasi global mengarah lebih tinggi meskipun ada ekspektasi bahwa inflasi akan turun, posisi pasar saat ini dapat memungkinkan emas anjlok menuju wilayah 1.800 dolar AS.”
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas jatuh tertekan ekspektasi suku bunga AS lebih tinggi lebih lama
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023