Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah masih dipengaruhi faktor eksternal, yakni peningkatan index dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi pemerintah AS akibat dari sinyal hawkish dari The Fed.

“Tekanan terhadap rupiah sedikit mereda dibanding kemarin (Selasa 26/9). Pelemahan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal meningkatnya index dolar AS dan obligasi pemerintah AS akibat dari sinyal hawkish The Fed,” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Dalam beberapa hari terakhir, pejabat Fed menandai kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah mempertahankan suku bunga stabil pada pekan lalu, seiring tetap memperketat sikap kebijakan moneter yang hawkish.

Pelaku pasar disebut masih menunggu data ekonomi AS yang akan dirilis pada pekan ini, yakni data pengeluaran konsumsi masyarakat (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS.

“Prediksi index harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS diperkirakan naik 0,2 persen dibanding bulan sebelumnya,” kata Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 30 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.520 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.490 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu turut melemah ke posisi Rp15.526 dari sebelumnya Rp15.464 per dolar AS.

 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah melemah diiringi peningkatan index dolar AS dan obligasi AS

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023