Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus menjaga lahan sawah seluas 22 ribu hektare yang sudah ditanami padi agar tetap panen meski saat ini sejumlah daerah dilanda kekeringan akibat musim kemarau.
"Saat ini yang masih 'standing crop' (padi yang sudah ditanam) mulai Juni-Agustus berjalan ini sekitar 22 ribu hektare di Kabupaten Cirebon yang perlu dijaga," kata Sub Koordinator Produksi Tanaman Pangan Distan Kabupaten Cirebon Iwan Mulyawan di Cirebon, Senin.
Baca juga: Produksi beras di Kabupaten Cirebon hingga Juli surplus 84 ribu ton
Ia mengatakan sejak dimulainya masa tanam ketiga di Cirebon yang berlangsung Juli 2023, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk meminimalisasi dampak kekeringan itu.
Cara yang dilakukan oleh petugas Distan Cirebon, kata dia, seperti pompanisasi air, gilir air, dan mengkoordinasikan dengan Dinas PUPR Kabupaten Cirebon dan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terkait pasokan air untuk lahan pertanian. "Bantuan juga ada memakai irigasi tetes walaupun kurang efektif," katanya.
Iwan memastikan dari serangkaian upaya itu telah cukup berhasil memulihkan 144 hektare dari 290 hektare lahan pertanian yang terdampak kekeringan.
Lahan-lahan pertanian itu, lanjut dia, tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Cirebon yang dilanda kekeringan pada Juli sampai saat ini.
"Dari data itu ada yang sudah besarannya di angka 432 hektare. Tapi, kondisi saat ini yang terkena seluas 290 hektare karena ada yang pulih 141 hektare, sisanya masih terdampak," katanya.
Iwan menyebutkan dari 290 hektare yang terdampak sekitar 192 hektare, sisanya berstatus ringan dan sedang, kemudian lahan yang sudah puso sekitar 8 hektare.
Baca juga: Bulog Cirebon distribusikan beras SPHP atasi kenaikan harga
Ancaman gagal panen maupun puso itu, kata dia, yang selama ini dikhawatirkan dinas dan tentunya petani di tengah musim kemarau saat ini.
"Itulah kekhawatiran kami soal ancaman tersebut, takutnya yang ditanam pada musim ketiga ini terganggu karena kekurangan air dan penurunan produksi, mudah-mudahan bisa bertahan dan dialiri air," kata Iwan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Saat ini yang masih 'standing crop' (padi yang sudah ditanam) mulai Juni-Agustus berjalan ini sekitar 22 ribu hektare di Kabupaten Cirebon yang perlu dijaga," kata Sub Koordinator Produksi Tanaman Pangan Distan Kabupaten Cirebon Iwan Mulyawan di Cirebon, Senin.
Baca juga: Produksi beras di Kabupaten Cirebon hingga Juli surplus 84 ribu ton
Ia mengatakan sejak dimulainya masa tanam ketiga di Cirebon yang berlangsung Juli 2023, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk meminimalisasi dampak kekeringan itu.
Cara yang dilakukan oleh petugas Distan Cirebon, kata dia, seperti pompanisasi air, gilir air, dan mengkoordinasikan dengan Dinas PUPR Kabupaten Cirebon dan Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung terkait pasokan air untuk lahan pertanian. "Bantuan juga ada memakai irigasi tetes walaupun kurang efektif," katanya.
Iwan memastikan dari serangkaian upaya itu telah cukup berhasil memulihkan 144 hektare dari 290 hektare lahan pertanian yang terdampak kekeringan.
Lahan-lahan pertanian itu, lanjut dia, tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Cirebon yang dilanda kekeringan pada Juli sampai saat ini.
"Dari data itu ada yang sudah besarannya di angka 432 hektare. Tapi, kondisi saat ini yang terkena seluas 290 hektare karena ada yang pulih 141 hektare, sisanya masih terdampak," katanya.
Iwan menyebutkan dari 290 hektare yang terdampak sekitar 192 hektare, sisanya berstatus ringan dan sedang, kemudian lahan yang sudah puso sekitar 8 hektare.
Baca juga: Bulog Cirebon distribusikan beras SPHP atasi kenaikan harga
Ancaman gagal panen maupun puso itu, kata dia, yang selama ini dikhawatirkan dinas dan tentunya petani di tengah musim kemarau saat ini.
"Itulah kekhawatiran kami soal ancaman tersebut, takutnya yang ditanam pada musim ketiga ini terganggu karena kekurangan air dan penurunan produksi, mudah-mudahan bisa bertahan dan dialiri air," kata Iwan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023