Pemerintah Kota Bandung menguji coba program Nyeni di Sakola (berkesenian di sekolah) di dua sekolah negeri tingkat SD dan SMP yang ada di Kota Bandung untuk meningkatkan partisipasi dan minat para siswa terhadap seni tradisional Sunda.
Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Ratna Rahayu Pitriyati di Bandung, Senin, mengatakan program ini telah mulai dilaksanakan sebagai percobaan sejak pekan lalu di dua sekolah yakni SMPN 43 Kota Bandung dan SDN 035 Soka.
Di SMPN 43 Kota Bandung, program Nyeni di Sakola dihadirkan dalam bentuk Sandiwara Sunda, sebuah pertunjukan seni yang mengisahkan kisah tentang anak yang enggan belajar, namun memiliki hasrat yang besar dalam seni.
"Pertunjukan tersebut menggabungkan beberapa kesenian tradisional Sunda, seperti seni musik Calung, bobodoran, dan seni vokal. Jadi siswa-siswi tidak hanya belajar seni tradisional Sunda secara langsung tetapi juga menikmati hiburan yang bernilai edukasi," ujar Ratna.
Sedangkan di SDN 035 Soka, program ini menampilkan berbagai "kaulinan barudak" atau permainan tradisional khas Sunda kepada anak-anak.
Beberapa kaulinan barudak yang diperkenalkan meliputi Cingciripit, Perepet Jengkol, Endog-endogan, Bedil Karet, Gasing, dan ditutup dengan Oray-orayan. Selain itu, siswa-siswi juga dikenalkan dengan kawih Sunda sebagai pengantar kaulinan tersebut.
"Kaulinan barudak tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap permainan, membentuk karakter kecintaan anak-anak terhadap seni Sunda," ucapnya.
SDN 035 Soka, kata Ratna, juga memiliki tari modifikasi bernama "Tari Nang-Neng-Nong" yang menjadi senam pembuka di pagi hari, di mana dari tari tersebut, siswa-siswi juga mempelajari gerakan dasar tari Sunda.
Ia menyebutkan hasil dari uji coba ini akan dievaluasi untuk menilai efektivitasnya dan mengembangkan konsep yang tepat.
"Hal ini juga akan membantu dalam menentukan seni-seni tradisional apa yang perlu lebih diperkenalkan dan diedukasi kepada anak-anak di Kota Bandung," ujarnya.
Ke depan, Pemkot Bandung berencana mengadakan program Nyeni di Sakola lebih masif, dengan target awal sekitar 5-10 persen dari total SD Negeri dan SMP Negeri di Kota Bandung yang akan terlibat dalam program ini.
"Pemilihan sekolah akan didasarkan pada potensi seni yang ada dan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung," tuturnya.
Ia berharap program ini akan menjadi wadah yang efektif dalam menciptakan generasi muda yang mencintai dan melestarikan seni tradisional Sunda.
"Sehingga warisan budaya luhur ini dapat terus hidup dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang," kata dia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Ratna Rahayu Pitriyati di Bandung, Senin, mengatakan program ini telah mulai dilaksanakan sebagai percobaan sejak pekan lalu di dua sekolah yakni SMPN 43 Kota Bandung dan SDN 035 Soka.
Di SMPN 43 Kota Bandung, program Nyeni di Sakola dihadirkan dalam bentuk Sandiwara Sunda, sebuah pertunjukan seni yang mengisahkan kisah tentang anak yang enggan belajar, namun memiliki hasrat yang besar dalam seni.
"Pertunjukan tersebut menggabungkan beberapa kesenian tradisional Sunda, seperti seni musik Calung, bobodoran, dan seni vokal. Jadi siswa-siswi tidak hanya belajar seni tradisional Sunda secara langsung tetapi juga menikmati hiburan yang bernilai edukasi," ujar Ratna.
Sedangkan di SDN 035 Soka, program ini menampilkan berbagai "kaulinan barudak" atau permainan tradisional khas Sunda kepada anak-anak.
Beberapa kaulinan barudak yang diperkenalkan meliputi Cingciripit, Perepet Jengkol, Endog-endogan, Bedil Karet, Gasing, dan ditutup dengan Oray-orayan. Selain itu, siswa-siswi juga dikenalkan dengan kawih Sunda sebagai pengantar kaulinan tersebut.
"Kaulinan barudak tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap permainan, membentuk karakter kecintaan anak-anak terhadap seni Sunda," ucapnya.
SDN 035 Soka, kata Ratna, juga memiliki tari modifikasi bernama "Tari Nang-Neng-Nong" yang menjadi senam pembuka di pagi hari, di mana dari tari tersebut, siswa-siswi juga mempelajari gerakan dasar tari Sunda.
Ia menyebutkan hasil dari uji coba ini akan dievaluasi untuk menilai efektivitasnya dan mengembangkan konsep yang tepat.
"Hal ini juga akan membantu dalam menentukan seni-seni tradisional apa yang perlu lebih diperkenalkan dan diedukasi kepada anak-anak di Kota Bandung," ujarnya.
Ke depan, Pemkot Bandung berencana mengadakan program Nyeni di Sakola lebih masif, dengan target awal sekitar 5-10 persen dari total SD Negeri dan SMP Negeri di Kota Bandung yang akan terlibat dalam program ini.
"Pemilihan sekolah akan didasarkan pada potensi seni yang ada dan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung," tuturnya.
Ia berharap program ini akan menjadi wadah yang efektif dalam menciptakan generasi muda yang mencintai dan melestarikan seni tradisional Sunda.
"Sehingga warisan budaya luhur ini dapat terus hidup dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang," kata dia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023