Antarajawabarat.com, 21/10 - Pola hidup masyarakat yang tidak disiplin dan pengetahuan kesehatan yang minim menjadi pendorong tumbuhnya penyakit osteoporosis.
"Penyakit osteoporosis menjadi penyakit yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Pasalnya, saat ini saja ada sebanyak 2,5 juta orang di Indonesia yang teridentifikasi mengidap penyakit itu," kata Medical Departemen Kalbe Farma, Pande Dharma Pathni pada Peringatan Hari Osteoporosis 2013 di Kota Bandung.
Selain itu, kata dia delapan juta warga Indonesia lainnya mengidap gejala awal osteoporosis. Menurut,angka kasus osteoporosis di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya.
"Pola hidup masyarakat yang menjadi faktor penyebabnya. Seperti minum alkohol serta kaffein berlebih dan kurangnya aktifitas di luar rumah supaya memperoleh cahaya matahari yang cukup," kata Pande.
Osteoporosis merupakan keadaan dimana tulang sudah rapuh atau kropos yang terjadi karena bertambahnya usia. Osteoporosis dapat dialami oleh semua orang seiring dengan bertambahnya usia.
Adapun cirinya adalah tulang yang mengalami keropos dan rapuh. Dalam kondisi itu tulang menjadi mudah patah.
Saat tulang telah patah itulah baru orang menyadari telah mengidap penyakit osteoporosis. Sebelumnya, orang sulit mendeteksi karena penyakit ini tidak memiliki gejala sebagaimana penyakit lainnya.
Menurutnya saat ini memang masih banyak yang belum faham akan kondisi osteoporosis itu. Meski tidak terlihat gejalanya, kata dia , bukan berarti orang tidak dapat mendeteksi penyakit osteoporosis.
Ia mengimbau pemeriksaan rutin dilakukan untuk mengantisipasi penyakit ini. Alasannya, jika tidak dilakukan deteksi dini, maka risikonya semakin besar manakala tulang telah patah.
Secara fisik ada beberapa hal yang bisa dilihat dari gejala osteoporosis itu seperti bungkuk dan ada seperti punduk unta di bagian pundaknya.
"Dan itu khas pada penderita osteoporosis, bahkan kejadian patah tulang sendiri bisa terjadi ketika melaksanakan aktifitas ringan," paparnya.
Dari jumlah populasi 2,5 juta terjadi kasus oestoporosis, namun yang justru mengagetkan adalah ostopenia.
"Gejala atau atau stadium awal dari osteoporosis yang hampir terjadi di 8 juta orang di Indonesia dan itu baru diketahui dari yang memeriksakan diri. Bisa saja jumlahnya lebih banyak dari itu,” tuturnya.
Sementara itu Dr Ita Widjajanti Sandjaja mengatakan Hari Osteoporosis diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit itu, khususnya kepada lansia yang sudah banyak teresiko osteoporosis.
"Kampanye ini selenggarakan dan hadir di komunitas lansia diatas 50 tahun. Mereka diedukasi apa ostoporosis, resikonya, apa yang harus dilakukan dan pemeriksaan gratis untuk kondisi tulang," katanya.
Saat ini, kata dia pemahaman osteoporosis masih minim, sehingga banyak yak yang salah kaprah mengartikan osteoporosis dan akan mempengaruhi penanganan serta pencegahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
"Penyakit osteoporosis menjadi penyakit yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Pasalnya, saat ini saja ada sebanyak 2,5 juta orang di Indonesia yang teridentifikasi mengidap penyakit itu," kata Medical Departemen Kalbe Farma, Pande Dharma Pathni pada Peringatan Hari Osteoporosis 2013 di Kota Bandung.
Selain itu, kata dia delapan juta warga Indonesia lainnya mengidap gejala awal osteoporosis. Menurut,angka kasus osteoporosis di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya.
"Pola hidup masyarakat yang menjadi faktor penyebabnya. Seperti minum alkohol serta kaffein berlebih dan kurangnya aktifitas di luar rumah supaya memperoleh cahaya matahari yang cukup," kata Pande.
Osteoporosis merupakan keadaan dimana tulang sudah rapuh atau kropos yang terjadi karena bertambahnya usia. Osteoporosis dapat dialami oleh semua orang seiring dengan bertambahnya usia.
Adapun cirinya adalah tulang yang mengalami keropos dan rapuh. Dalam kondisi itu tulang menjadi mudah patah.
Saat tulang telah patah itulah baru orang menyadari telah mengidap penyakit osteoporosis. Sebelumnya, orang sulit mendeteksi karena penyakit ini tidak memiliki gejala sebagaimana penyakit lainnya.
Menurutnya saat ini memang masih banyak yang belum faham akan kondisi osteoporosis itu. Meski tidak terlihat gejalanya, kata dia , bukan berarti orang tidak dapat mendeteksi penyakit osteoporosis.
Ia mengimbau pemeriksaan rutin dilakukan untuk mengantisipasi penyakit ini. Alasannya, jika tidak dilakukan deteksi dini, maka risikonya semakin besar manakala tulang telah patah.
Secara fisik ada beberapa hal yang bisa dilihat dari gejala osteoporosis itu seperti bungkuk dan ada seperti punduk unta di bagian pundaknya.
"Dan itu khas pada penderita osteoporosis, bahkan kejadian patah tulang sendiri bisa terjadi ketika melaksanakan aktifitas ringan," paparnya.
Dari jumlah populasi 2,5 juta terjadi kasus oestoporosis, namun yang justru mengagetkan adalah ostopenia.
"Gejala atau atau stadium awal dari osteoporosis yang hampir terjadi di 8 juta orang di Indonesia dan itu baru diketahui dari yang memeriksakan diri. Bisa saja jumlahnya lebih banyak dari itu,” tuturnya.
Sementara itu Dr Ita Widjajanti Sandjaja mengatakan Hari Osteoporosis diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit itu, khususnya kepada lansia yang sudah banyak teresiko osteoporosis.
"Kampanye ini selenggarakan dan hadir di komunitas lansia diatas 50 tahun. Mereka diedukasi apa ostoporosis, resikonya, apa yang harus dilakukan dan pemeriksaan gratis untuk kondisi tulang," katanya.
Saat ini, kata dia pemahaman osteoporosis masih minim, sehingga banyak yak yang salah kaprah mengartikan osteoporosis dan akan mempengaruhi penanganan serta pencegahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013