Antarajawabarat.com,30/9 - Sejumlah petani teh rakyat di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung mengembangkan penganan "keripik teh" sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk agrobisnis di kawasan itu.
"Awalnya coba-coba, namun ternyata ada yang minat. Keripik teh ada rasa pahit namun itu cita rasa dari penganan ini yang terbuat dari daun teh muda," kata Ny Entin, salah seorang petani teh dari Kelompok Tani Mandiri Pasirjambu di Bandung, Senin.
Entin dan beberapa petani lainnya di Pasirjambu mulai memasarkan keripik tehnya selain untuk konsumsi warga juga untuk memasok kawasan wisata di kawaan Ciwidey Kabupaten Bandung.
Biasanya, kata Entin, keripik teh dibuat dalam jumlah banyak pada saat harga teh sedang turun khususnya pada saat musim liburan ke obyek wisata di kawasan itu.
"Proses produksinya hampir sama dengan keripik lainnya, bedanya, daun teh yang masih muda dilapisi oleh terigu yang telah dicamput tepung padi, kemudian digoreng hingga warnanya kekuningan," kata dia.
Keripik teh itu dijual dengan harga Rp30 ribu per kilogram yang dikemas dalam plastik kemasan dengan label SHG atau Self Helf Group di daerah itu.
"Harganya per kilogram keripik teh Rp30 ribu, memang bila dihitung cukup meningkatkan nilai tambah dari harga teh mentah di kebun Rp2.500 per kilogram. Namun kami juga harus membuka dan membina pasarnya," kata Entin.
Keripik teh buatan kelompok tani mandiri di Pasirjambu Ciwidey Kabupaten Bandung itu menjadi penganan khas daerah perkebunan teh. Proses pembuatannya tidak beda dengan keripik daun bayam atau kangkung dimana lapisan daunnya menjadi bagian utama yang dilapisi adonan terigu dan tepung beras.
Entin mengaku sudah mendapat pasar untuk penjualan keripik teh itu, meski ia mengakui perlu ada sentuhan inovasi dan jejaring pemasaran yang lebih luas lagi untuk produk keripik teh tersebut.
"Pemasaran kami lakukan, salah satunya ikut pameran seperti di Bandung Tea Festival pekan lalu, sambutan masyarakat cukup bagus, selain mencicipi juga banyak yang membeli keripik itu," kata ibu dua anak itu menambahkan.***3***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
"Awalnya coba-coba, namun ternyata ada yang minat. Keripik teh ada rasa pahit namun itu cita rasa dari penganan ini yang terbuat dari daun teh muda," kata Ny Entin, salah seorang petani teh dari Kelompok Tani Mandiri Pasirjambu di Bandung, Senin.
Entin dan beberapa petani lainnya di Pasirjambu mulai memasarkan keripik tehnya selain untuk konsumsi warga juga untuk memasok kawasan wisata di kawaan Ciwidey Kabupaten Bandung.
Biasanya, kata Entin, keripik teh dibuat dalam jumlah banyak pada saat harga teh sedang turun khususnya pada saat musim liburan ke obyek wisata di kawasan itu.
"Proses produksinya hampir sama dengan keripik lainnya, bedanya, daun teh yang masih muda dilapisi oleh terigu yang telah dicamput tepung padi, kemudian digoreng hingga warnanya kekuningan," kata dia.
Keripik teh itu dijual dengan harga Rp30 ribu per kilogram yang dikemas dalam plastik kemasan dengan label SHG atau Self Helf Group di daerah itu.
"Harganya per kilogram keripik teh Rp30 ribu, memang bila dihitung cukup meningkatkan nilai tambah dari harga teh mentah di kebun Rp2.500 per kilogram. Namun kami juga harus membuka dan membina pasarnya," kata Entin.
Keripik teh buatan kelompok tani mandiri di Pasirjambu Ciwidey Kabupaten Bandung itu menjadi penganan khas daerah perkebunan teh. Proses pembuatannya tidak beda dengan keripik daun bayam atau kangkung dimana lapisan daunnya menjadi bagian utama yang dilapisi adonan terigu dan tepung beras.
Entin mengaku sudah mendapat pasar untuk penjualan keripik teh itu, meski ia mengakui perlu ada sentuhan inovasi dan jejaring pemasaran yang lebih luas lagi untuk produk keripik teh tersebut.
"Pemasaran kami lakukan, salah satunya ikut pameran seperti di Bandung Tea Festival pekan lalu, sambutan masyarakat cukup bagus, selain mencicipi juga banyak yang membeli keripik itu," kata ibu dua anak itu menambahkan.***3***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013