Prof I Made Bandem dan Prof I Putu Gede Suwitha, dua guru besar dari Bali, menjadi pembedah buku "Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali" yang digelar Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Bali.
Prof Made Bandem yang juga mantan Rektor ISI Yogyakarta itu dalam acara bedah buku di Denpasar, Minggu, menilai buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali sangat menarik.
"Sangat atraktif. Atraktif dari bentuk atau penampilannya dan atraktif isinya. Sangat menarik," kata Bandem yang juga maestro tari Bali itu.
Menurut Prof Bandem, buku tersebut menarik karena membahas masalah akulturasi dan Pegayaman di Kabupaten Buleleng, Bali, memang kental akulturasinya serta dengan deskripsi yang bagus.
Selain itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan dari keilmuan. Menurutnya, penulis buku ini yakni Ketut Muhammad Suharto, menulis apa yang dilihat, dipelajari dan dirasakan dengan apa adanya.
"Ini bisa menjadi model untuk penulisan sejarah kampung-kampung Islam lain di Bali, seperti Kepaon, Sakenan, dan lain-lain," ujar mantan Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) itu.
Yang lain, kata dia, buku ini dinilai sangat unik dan berbeda dibandingkan tulisan-tulisan yang ditulis orang luar.
Sementara itu Guru Besar Sejarah Universitas Udaya Prof I Putu Gede Suwitha menilai buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali penting untuk dibaca, terutama oleh kalangan peminat sejarah atau ilmu sosial lainnya.
""Membaca buku ini akan menambah wawasan tentang sejarah, budaya dan juga konstelasi politik kawasan yang sangat luas pada abad ke-17. Tidak hanya membahas Desa Pegayaman, tetapi sebagai sejarah lokal. Juga berarti dalam konteks kawasan luas meliputi Bali, Jawa Timur, Madura, bahkan Lombok, Jawa Tengah dan juga Sulawesi Selatan, " katanya.
Menurut Prof Suwitha, banyak fakta sejarah dan budaya yang bisa dikembangkan dan sangat berarti dalam perspektif kekinian.
Kelebihan buku ini sebagai karya sejarah dan budaya dengan sumber-sumbernya yang lengkap meskipun banyak yang perlu dikritisi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dua guru besar membedah buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Prof Made Bandem yang juga mantan Rektor ISI Yogyakarta itu dalam acara bedah buku di Denpasar, Minggu, menilai buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali sangat menarik.
"Sangat atraktif. Atraktif dari bentuk atau penampilannya dan atraktif isinya. Sangat menarik," kata Bandem yang juga maestro tari Bali itu.
Menurut Prof Bandem, buku tersebut menarik karena membahas masalah akulturasi dan Pegayaman di Kabupaten Buleleng, Bali, memang kental akulturasinya serta dengan deskripsi yang bagus.
Selain itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan dari keilmuan. Menurutnya, penulis buku ini yakni Ketut Muhammad Suharto, menulis apa yang dilihat, dipelajari dan dirasakan dengan apa adanya.
"Ini bisa menjadi model untuk penulisan sejarah kampung-kampung Islam lain di Bali, seperti Kepaon, Sakenan, dan lain-lain," ujar mantan Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) itu.
Yang lain, kata dia, buku ini dinilai sangat unik dan berbeda dibandingkan tulisan-tulisan yang ditulis orang luar.
Sementara itu Guru Besar Sejarah Universitas Udaya Prof I Putu Gede Suwitha menilai buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali penting untuk dibaca, terutama oleh kalangan peminat sejarah atau ilmu sosial lainnya.
""Membaca buku ini akan menambah wawasan tentang sejarah, budaya dan juga konstelasi politik kawasan yang sangat luas pada abad ke-17. Tidak hanya membahas Desa Pegayaman, tetapi sebagai sejarah lokal. Juga berarti dalam konteks kawasan luas meliputi Bali, Jawa Timur, Madura, bahkan Lombok, Jawa Tengah dan juga Sulawesi Selatan, " katanya.
Menurut Prof Suwitha, banyak fakta sejarah dan budaya yang bisa dikembangkan dan sangat berarti dalam perspektif kekinian.
Kelebihan buku ini sebagai karya sejarah dan budaya dengan sumber-sumbernya yang lengkap meskipun banyak yang perlu dikritisi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dua guru besar membedah buku Ensiklopedia Desa Muslim Pegayaman Bali
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023