Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga berhati-hati potensi terjadinya cuaca ekstrem hingga beberapa hari mendatang.

"BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem hingga 18 Mei 2023 mendatang," ajak Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben A Molle di Manado, Selasa.

Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang tersebut berpeluang terjadi di sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Sulut.

Karena itu, dia berharap warga tetap berhati-hati ketika terjadi cuaca ekstrem.

"BMKG terus melakukan update informasi manakala terjadi cuaca ekstrem. Waspadai dampak cuaca ekstrem ini seperti banjir, tanah longsor ataupun pohon tumbang," ajaknya.

Hari ini, cuaca ekstrem berpeluang terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

Sementara untuk Rabu (17/5), kondisi cuaca seperti ini diperkirakan terjadi di Kota Kotamobagu, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara.

Selanjutnya di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

Sedangkan di tanggal 18 Mei, diprediksi terjadi di Kota Tomohon, Kota Kotamobagu, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

Begitupun dengan wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.
Gelombang tinggi

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menyampaikan gelombang tinggi hingga empat meter berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia pada 16-17 Mei 2023.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo di Jakarta, Selasa mengatakan pola angin menjadi salah satu yang menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang tinggi.

Ia memaparkan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari barat daya - barat laut dengan kecepatan angin berkisar 4-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-selatan dengan kecepatan angin berkisar 6-25 knot.

"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Sunda bagian barat dan selatan dan perairan utara Biak-Jayapura," katanya.

Kondisi tersebut, lanjut dia, menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan barat Aceh, perairan timur Pulau Simeulue, perairan timur Pulau Pagai, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, perairan selatan Pulau Bali - Pulau Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, perairan Pulau Sawu, Laut Sawu, perairan Kupang-Pulau Rotte.

Selanjutnya, Samudra Hindia Selatan NTT, Laut Seram bagian barat, perairan selatan Ambon-Pulau Seram, Laut Banda, perairan Kepulauan Babar-Kepulauan Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kai-Kep. Aru, Laut Arafuru, perairan Manokwari-Jayapura, Teluk Cendrawasih, Samudra Pasifik Utara Papua Barat-Biak.

Sedangkan, pada gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Pulau.Simeulue-Kepulauan Mentawai, perairan barat Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Pulau Jawa, Samudra Hindia Selatan Jawa, Samudra Pasifik Utara Jayapura.

"Untuk masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," katanya.

Ia menambahkan potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut juga dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Eko Prasetyo mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).

Kemudian, kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter).

Pewarta: Karel Alexander Polakitan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023