Kementerian Sosial (Kemensos) merujuk seorang balita tiga tahun, Aileen Oxavia Triyatno asal Indramayu, Jawa Barat, yang terindikasi gagal ginjal akut ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Kondisi Aileen mendapat perhatian khusus Menteri Sosial Tri Rismaharini sehingga melalui Sentra Phala Martha di Sukabumi, Aileen dibawa untuk mendapatkan penanganan awal di RSUD Indramayu pada Rabu (15/2).

“Aileen belum terdaftar sebagai penerima BPJS. Namun tetap kami bawa ke RS, sambil diurus BPJS-nya. Alhamdulillah dari rumah sakit cepat keluar kartu kepesertaannya. Tanggal 16 (Februari) kemarin sudah aktif,” kata Kepala Sentra Phala Martha Cup Santo dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.

Untuk mendapatkan perawatan yang lebih komprehensif, Cup Santo mengatakan pihaknya langsung merujuk Aileen ke RSCM pada tanggal 16 Februari dengan biaya operasionalnya ditanggung oleh Kemensos.

“Untuk operasional ditanggung oleh Kemensos. Kami juga berkoordinasi dengan Sentra Handayani untuk tempat tinggal selama di Jakarta. Jadi keluarganya bisa gantian jaga dan istirahat di Sentra,” katanya.

Selain memfasilitasi pengobatan Aileen, Kemensos juga memberikan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) bahan pokok, alat kebersihan diri, dan nutrisi tambahan bagi Aileen.

Orangtua Aileen juga mendapatkan bantuan seperti kasur dan selimut yang dipakai saat berjaga di rumah sakit. Selanjutnya, Cup berujar pihaknya akan melakukan asesmen lanjutan untuk pemberian modal usaha bagi orangtua Aileen. Adapun rencananya akan diberikan usaha kios pulsa bagi ayah Aileen, dan usaha makanan dan minuman ringan untuk ibunya.

Sementara itu, kondisi ginjal akut pada Aileen juga telah dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan dan Bareskrim Polri. Mengingat kasus ginjal akut pada anak ramai terjadi.

“Kami sudah diskusikan dengan Kemenkes dan Bareskrim untuk penyelidikan obat sirup yang diminum Aileen. Kemenkes juga sudah datang ke Kontrakan orangtua Aileen yang di Cirebon untuk mengambil sampel obat dan makanan,” kata Cup.
Sebelumnya, kisah Aileen Oxavia Triyatno yang harus pulang dari rumah sakit akibat tidak bisa membayar biaya, ramai diberitakan di media. Orang tuanya terpaksa tidak meneruskan pengobatan karena belum terdaftar sebagai penerima BPJS. Ayah Aileen, Yatno (39), bekerja sebagai karyawan di salah satu toko di Cirebon dengan gaji pas-pasan. Ibunya tidak bekerja untuk fokus mengurus Aileen dan kakaknya yang berusia 7 tahun.

Ibu kandung Aileen, Tri Indriani (33) merasa sangat lega dengan bantuan Kemensos untuk pengobatan anaknya yang saat dibawa kondisinya masih kritis.

“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bu Menteri Sosial yang telah mengarahkan jajarannya untuk membantu menangani pengobatan Aileen. Yang tadinya kondisinya kritis sampai sekarang dibawa ke RSCM Jakarta dan Alhamdulillah kondisinya sekarang sudah membaik,” kata Tri dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.

Tri mengatakan dirinya hampir menyerah melihat kondisi putrinya yang tak kunjung sembuh. Sejak mengalami demam tinggi pada 6 Februari lalu, Tri sudah membawa Aileen berobat ke klinik dan ke rumah sakit di Cirebon. Demamnya tidak turun dan seluruh badannya membengkak. Aileen kemudian didiagnosis mengalami gagal ginjal akut progresif.

Kondisi Aileen saat ini perlahan menunjukkan kemajuan. Aileen sempat dirawat di Ruang PICU ( Pediatric Intensive Care Unit ) selama tiga hari setelah menjalani cuci darah, namun pada hari Minggu (19/2) sudah dapat dipindahkan ke ruang perawatan.


Terindikasi campak

Sementara itu Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa adanya temuan dugaan kasus baru gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak di Jawa Barat (Jabar), mempunyai kemungkinan terindikasi campak.  

“Itu ada dua, sekarang sedang dicek apakah itu gagal ginjal atau tidak. Kalau indikasi sementara itu infeksi. Bisa campak,” kata Menteri Budi saat ditemui ANTARA usai Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Kesehatan RI dengan PT Astrazeneca Indonesia di Jakarta, Senin.

Budi membenarkan adanya dua temuan kasus gagal ginjal akut baru di Jawa Barat. Namun saat ini, tenaga medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta belum bisa memastikan apakah terduga pasien mengalami keracunan akibat senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang ada dalam obat sirop atau tidak. Sehingga RSCM masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut. 

Saat ini pasien yang diduga terkena gagal ginjal akut dari Jawa Barat itu, tidak diberikan Fomepizole. Salah satu jenis antidotum yang dijadikan sebagai obat penawar racun untuk menangani keracunan akibat senyawa EG dan Dietilen Glikol DEG.

Budi membeberkan bahwa kedua terduga pasien, diberikan obat-obatan anti-infeksi dan kondisinya terpantau mengalami perbaikan secara perlahan.

“Kalau gagal ginjal itu, misalnya begini. Kalau dia dikasih obat-obatan anti-infeksi biasanya dia tidak bereaksi. Sekarang dikasih obat-obatan anti-infeksi, tidak dikasih Fomepizole, jadi kalau dikasih Fomepizole baru bereaksi. Ini dikasih obat-obat (anti) infeksi langsung turun (jadi baik),” katanya.

Menkes melanjutkan apabila Kementerian Kesehatan dan semua pihak terkait masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium RSCM.

Sebelumnya pada tangan 16 Februari 2023, Dinkes Jawa Barat menerima laporan bahwa seorang anak berusia 3 tahun 1 bulan, memiliki gejala yang diduga gagal ginjal akut. Keluhan tersebut pertama kali dirasakan pada tanggal 6 Februari 2023. Hingga kini, Dinkes Jawa Barat juga masih menunggu hasil konfirmasi dari RSCM Jakarta yang dijadikan sebagai tempat rujukan pasien.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemensos rujuk balita gagal ginjal akut dari Indramayu ke RSCM

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023