Antarajawabarat.com, 9/3 - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan saat ini sudah ada jutaan orang yang menderita akibat terkena asap rokok, atau menjadi perokok pasif.
"Saat ini 6,2 juta perempuan terdampak asap rokok. Selain itu 11,4 juta balita yang terganggu paru-parunya akibat asap rokok. Sehingga jutaan orang memang telah menderita akibat rokok," kata Nafsiah Mboi di sela-sela acara pemberian penghargaan oleh "Citi Indonesia Women Council" (IWC) kepada sejumlah perawat, di Jakarta, Jumat.
Dia menegaskan seseorang boleh saja merokok dan membayar pengobatan atas penyakit yang muncul di kemudian hari akibat merokok. Namun dia mengingatkan kepada para perokok untuk menghormati keberadaan orang yang tidak merokok.
Dia juga meminta seluruh pihak, khususnya perempuan yang tidak merokok untuk berani menyuarakan hak-haknya mendapatkan derajat kesehatan tertinggi.
"Kalau ada yang merokok di dalam kendaraan, bilang 'stop'. Percuma pendidikan tinggi kalau tidak berani bilang menolak menjadi perokok pasif," kata dia.
Dia mengingatkan biaya pengobatan penyakit akibat merokok antara lain kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, serangan jantung dan lain sebagainya telah mencapai angka Rp2,1 triliun. Jumlah itu belum ditambah dengan biaya yang sebelumnya dikeluarkan untuk membeli rokok.
"Sehingga sebaiknya percaya lah pesan yang diberikan papan-papan peringatan merokok. Lagi pula orang yang merokok cenderung tidak produktif, karena lebih banyak membuang-buang waktu bekerjanya dengan kegiatan merokok," ujar dia.
Sebelumnya Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait juga telah menyatakan bahwa anak-anak banyak dirugikan dengan adanya kegiatan merokok. Menurut dia kebanyakan anak menjadi perokok karena dimulai dari menjadi perokok pasif.
Bahkan saat ini menurut dia, jumlah perokok anak telah meningkat 38 persen sejak lima tahun terakhir.
"Perokok anak umumnya karena lingkungan baik di luar maupun di dalam rumah. Awalnya anak menjadi perokok pasif," kata Arist.
Antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
"Saat ini 6,2 juta perempuan terdampak asap rokok. Selain itu 11,4 juta balita yang terganggu paru-parunya akibat asap rokok. Sehingga jutaan orang memang telah menderita akibat rokok," kata Nafsiah Mboi di sela-sela acara pemberian penghargaan oleh "Citi Indonesia Women Council" (IWC) kepada sejumlah perawat, di Jakarta, Jumat.
Dia menegaskan seseorang boleh saja merokok dan membayar pengobatan atas penyakit yang muncul di kemudian hari akibat merokok. Namun dia mengingatkan kepada para perokok untuk menghormati keberadaan orang yang tidak merokok.
Dia juga meminta seluruh pihak, khususnya perempuan yang tidak merokok untuk berani menyuarakan hak-haknya mendapatkan derajat kesehatan tertinggi.
"Kalau ada yang merokok di dalam kendaraan, bilang 'stop'. Percuma pendidikan tinggi kalau tidak berani bilang menolak menjadi perokok pasif," kata dia.
Dia mengingatkan biaya pengobatan penyakit akibat merokok antara lain kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, serangan jantung dan lain sebagainya telah mencapai angka Rp2,1 triliun. Jumlah itu belum ditambah dengan biaya yang sebelumnya dikeluarkan untuk membeli rokok.
"Sehingga sebaiknya percaya lah pesan yang diberikan papan-papan peringatan merokok. Lagi pula orang yang merokok cenderung tidak produktif, karena lebih banyak membuang-buang waktu bekerjanya dengan kegiatan merokok," ujar dia.
Sebelumnya Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait juga telah menyatakan bahwa anak-anak banyak dirugikan dengan adanya kegiatan merokok. Menurut dia kebanyakan anak menjadi perokok karena dimulai dari menjadi perokok pasif.
Bahkan saat ini menurut dia, jumlah perokok anak telah meningkat 38 persen sejak lima tahun terakhir.
"Perokok anak umumnya karena lingkungan baik di luar maupun di dalam rumah. Awalnya anak menjadi perokok pasif," kata Arist.
Antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013