Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (Acute Kidney Injury/AKI) pada pasien di Indonesia sudah bisa disembuhkan setelah pemerintah memperoleh obat yang relevan pada penyebab penyakit.
"Begitu kami tahu penyebabnya apa, toxicnya apa, kami mencari obatnya untuk para balita yang masuk rumah sakit. Sudah ketemu obatnya, namanya Fomepizole (injeksi)," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers AKI yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Jumat.
Menurut Budi, obat tersebut hingga sekarang belum tersedia di Indonesia, sehingga masih didatangkan dari produsennya di negara Singapura.
Obat tersebut kemudian dicoba kepada 10 pasien AKI yang sedang dirawat di RSCM. Reaksi Fomepizole memicu perbaikan gejala pasien, dan sebagian lainnya stabil, kata Budi menambahkan.
"Jadi kami merasa lebih yakin bahwa obat ini efektif. Sekarang Pemerintah Indonesia mendatangkan lebih banyak lagi untuk pasien yang ada sekarang, karena kita sudah tahu penyebabnya apa, itu bisa diobati," katanya.
Budi berharap kehadiran obat Fomepizole yang sudah diuji coba hingga tiga hari terakhir di RSCM bisa menekan laju kematian pasien AKI yang kini mencapai 133 jiwa dari total pasien yang dirawat sebanyak 241 orang di 22 provinsi.
"Jadi selain dicegah sumber penyakitnya, kami juga lakukan terapi dari sisi obat-obatan," katanya.
Budi mengatakan, AKI yang semula berstatus sebagai penyakit misterius, telah berhasil diungkap penyebabnya oleh pemerintah berdasarkan hasil penyelidikan terhadap patogen yang menjadi cemaran obat sirop bernama Etilen glikol, Dietilen Glikol (DEG) dan etilen glikol butil ether (EGBE).
Berdasarkan hasil penelitian patogen pada pemeriksaan PCR dan metagenomik, kata Budi, diketahui AKI dipicu oleh senyawa kimia tersebut.
"Jika senyawa kimia itu masuk dalam metabolisme manusia, itu mengubah senyawa kimia tadi jadi asam oksalat. Ini berbahaya, kalau asam oksalat masuk ginjal, bisa jadi kalsium oksalat seperti kristal kecil yang tajam merusak ginjal anak," katanya.
Sementara itu Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 2022 hingga bulan September menangani sebanyak 376 pasien gagal ginjal, baik anak-anak maupun dewasa.
"Pada tahun 2022 ini hingga bulan September, kami merawat 376 pasien gagal ginjal," kata Direktur Utama RSD Gunung Jati Katibi di Cirebon, Jumat.
Menurutnya, RSD Gunung Jati merupakan salah satu rumah sakit rujukan dalam penanganan gagal ginjal, sehingga pasien yang dirawat itu bukan hanya dari Kota Cirebon saja, namun berbagai daerah tetangga.
Katibi mengatakan, dari 376 pasien gagal ginjal yang dirawat selama kurun waktu Januari hingga September 2022 itu terdiri dari 224 orang pasien rawat jalan, 143 rawat inap, dan 15 orang meninggal dunia.
Sedangkan pada tahun 2021, RSD Gunung Jati merawat sebanyak 336 pasien gagal ginjal, 224 rawan jalan, 97 rawat inap dan 15 orang meninggal dunia.
"Kami ini memang menjadi salah satu rumah sakit rujukan gangguan ginjal (sehingga banyak pasien yang ditangani bukan hanya dari Kota Cirebon)," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Gangguan ginjal akut di Indonesia sudah bisa disembuhkan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Begitu kami tahu penyebabnya apa, toxicnya apa, kami mencari obatnya untuk para balita yang masuk rumah sakit. Sudah ketemu obatnya, namanya Fomepizole (injeksi)," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers AKI yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Jumat.
Menurut Budi, obat tersebut hingga sekarang belum tersedia di Indonesia, sehingga masih didatangkan dari produsennya di negara Singapura.
Obat tersebut kemudian dicoba kepada 10 pasien AKI yang sedang dirawat di RSCM. Reaksi Fomepizole memicu perbaikan gejala pasien, dan sebagian lainnya stabil, kata Budi menambahkan.
"Jadi kami merasa lebih yakin bahwa obat ini efektif. Sekarang Pemerintah Indonesia mendatangkan lebih banyak lagi untuk pasien yang ada sekarang, karena kita sudah tahu penyebabnya apa, itu bisa diobati," katanya.
Budi berharap kehadiran obat Fomepizole yang sudah diuji coba hingga tiga hari terakhir di RSCM bisa menekan laju kematian pasien AKI yang kini mencapai 133 jiwa dari total pasien yang dirawat sebanyak 241 orang di 22 provinsi.
"Jadi selain dicegah sumber penyakitnya, kami juga lakukan terapi dari sisi obat-obatan," katanya.
Budi mengatakan, AKI yang semula berstatus sebagai penyakit misterius, telah berhasil diungkap penyebabnya oleh pemerintah berdasarkan hasil penyelidikan terhadap patogen yang menjadi cemaran obat sirop bernama Etilen glikol, Dietilen Glikol (DEG) dan etilen glikol butil ether (EGBE).
Berdasarkan hasil penelitian patogen pada pemeriksaan PCR dan metagenomik, kata Budi, diketahui AKI dipicu oleh senyawa kimia tersebut.
"Jika senyawa kimia itu masuk dalam metabolisme manusia, itu mengubah senyawa kimia tadi jadi asam oksalat. Ini berbahaya, kalau asam oksalat masuk ginjal, bisa jadi kalsium oksalat seperti kristal kecil yang tajam merusak ginjal anak," katanya.
Sementara itu Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 2022 hingga bulan September menangani sebanyak 376 pasien gagal ginjal, baik anak-anak maupun dewasa.
"Pada tahun 2022 ini hingga bulan September, kami merawat 376 pasien gagal ginjal," kata Direktur Utama RSD Gunung Jati Katibi di Cirebon, Jumat.
Menurutnya, RSD Gunung Jati merupakan salah satu rumah sakit rujukan dalam penanganan gagal ginjal, sehingga pasien yang dirawat itu bukan hanya dari Kota Cirebon saja, namun berbagai daerah tetangga.
Katibi mengatakan, dari 376 pasien gagal ginjal yang dirawat selama kurun waktu Januari hingga September 2022 itu terdiri dari 224 orang pasien rawat jalan, 143 rawat inap, dan 15 orang meninggal dunia.
Sedangkan pada tahun 2021, RSD Gunung Jati merawat sebanyak 336 pasien gagal ginjal, 224 rawan jalan, 97 rawat inap dan 15 orang meninggal dunia.
"Kami ini memang menjadi salah satu rumah sakit rujukan gangguan ginjal (sehingga banyak pasien yang ditangani bukan hanya dari Kota Cirebon)," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Gangguan ginjal akut di Indonesia sudah bisa disembuhkan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022