Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut pemerintah menyetop sementara obat-obatan diduga menyebabkan gagal ginjal akut.

"Untuk beberapa obat yang masih dalam tanda petik dicurigai," ujar Muhadjir menanggapi peningkatan kasus kesehatan tersebut saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Muhadjir mengatakan obat-obatan yang akan distop peredarannya sementara waktu, dilakukan kajian oleh Kementerian Kesehatan dan investigasi yang didukung oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Dia belum dapat menyebut secara pasti penyebab peningkatan kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Sebab saat ini masih berupa dugaan yang bermula dari kasus gagal ginjal akut yang dialami negara-negara Afrika Barat, kemudian terdeteksi dari produk obat yang dihasilkan di Asia Selatan.

"Kalau yang di Afrika Barat sudah terdeteksi ya ada produk obat dari negara Asia Selatan yang mengekspor produk itu ke wilayah Afrika Barat. Tetapi untuk Indonesia, dipastikan bahwa barang itu, obat itu, tidak masuk ke Indonesia," kata Muhadjir.

Hingga kini, pihaknya menunggu pemutakhiran kasus gagal ginjal akut yang mayoritas menyerang anak-anak, dari Kementerian Kesehatan.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa pemerintah menginstruksikan penghentian sementara penjualan obat sirup di seluruh apotek selama pelaksanaan investigasi risiko infeksi menyusul munculnya kasus gangguan ginjal akut pada anak.

"Kita terus melakukan investigasi dan melakukan beberapa hal untuk identifikasi kelainan ginjal akut pada anak, salah satunya adalah penyebab infeksi karena obat-obatan," kata Dante di Jakarta, Rabu.
"Obat-obatan tersebut sudah dilakukan pemeriksaan di laboratorium pusat forensik dan sedang kita identifikasi lagi obat mana saja yang bisa menyebabkan kelainan ginjal," katanya.

Dante mengatakan bahwa pemerintah tidak melarang penggunaan paracetamol, tetapi melarang penggunaan produk obat berbentuk sirup yang bisa tercemar etilen glikol (EG).



RSHS rawat 12 pasien

Sementara itu Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan sudah menangani 12 anak pasien pengidap gangguan ginjal akut sejak Agustus 2022 saat jenis penyakit itu mulai muncul di tengah masyarakat.

Konsultan Nefrologi Anak RSHS Prof Dany Hilmanto mengatakan dari 12 anak itu, pasien yang berusia paling tinggi yakni 13 tahun. Sedangkan sisanya, kata dia, mayoritas berusia di bawah 6 tahun.

"Sampai hari ini ada total 12 orang, dan sekarang dalam perawatan ada tiga orang, ada di ICU satu orang, tapi yang satu orang lainnya sudah membaik, dan Insya Allah bisa pulang," kata Dany di RSHS Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu.

Selama penanganan penyakit itu, dia mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) agar bisa segera mengetahui penyebab penyakit misterius tersebut.

Selain itu, menurutnya pihaknya juga merujuk kepada pedoman yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dalam penanganan penyakit gangguan ginjal akut pada anak.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemerintah stop sementara obat diduga penyebab gagal ginjal akut

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022