Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan data sampel pada kartu SIM yang bocor tidak sama dengan database operator seluler, meski terdapat sedikit kemiripan data sampel pendaftaran kartu SIM telepon Indonesia yang diduga bocor dan dijual di forum peretas (hacker).

“Dalam kesimpulannya tadi, semua melaporkan bahwa (data sampel) tidak sama, tapi ada beberapa file yang ada kemiripannya,” kata Semuel kepada awak media di kantor Kementerian Kominfo, Senin, seusai rapat koordinasi dengan operator seluler Telkomsel, XL, Indosat, Smartfren, dan Tri, serta Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri.

Rapat juga melibatkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Cyber Crime Polri, serta Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo.

Ia mengatakan terdapat rata-rata 15 hingga 20 persen kemiripan data sampel yang dilaporkan operator seluler dan Dukcapil kepada Kemenkominfo. Namun, ada pula yang hanya sembilan persen saja, bergantung dari operator seluler yang melakukan pengecekan.

Semuel mengatakan kemiripan struktur data terletak pada nomor telepon dan Nomor Induk Kependudukan (NIK), tetapi struktur yang lain tidak sama persis setelah dicocokkan dengan database operator seluler dan Dukcapil.

“Struktur datanya itu yang bocor itu setelah dicocokkan tidak sama persis, apakah ini memang ada kesengajaan, apakah ini memang strategi hacker-nya, kita nggak tahu, makanya harus ada yang namanya pendalaman,” katanya.

Semuel menegaskan pihaknya juga tidak memegang data lengkap pendaftaran kartu SIM. Ia menjelaskan data tersebut dikelola oleh pihak operator seluler dan kemudian diverifikasi oleh Dukcapil.

Hingga kini, identitas asli pelaku atau peretas (hacker) masih belum diketahui dan masih dalam tahap investigasi yang dilakukan oleh Cyber Crime Polri.

 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022