Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan modifikasi kilang perlu dilakukan selain untuk menaikkan produksi juga meningkatkan fleksibilitas kilang agar dapat memproses bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan.

Saat ini, Pertamina tengah melaksanakan empat program modifikasi kilang atau refinery development master plan (RDMP) untuk Kilang Cilacap, Balongan, Dumai dan Balikpapan. Perseroan juga membangun dua kilang baru atau grass root refinery, yaitu Bontang dan Tuban.

"RDMP ini selain meningkatkan kapasitas yang paling penting juga adalah meningkatkan fleksibilitas dari kilang agar bisa memproses bukan hanya crude yang mahal tapi juga dapat memproses crude-crude lain yang kadar sulfurnya tinggi yang source-nya lebih banyak di dunia, sehingga yang sebelumnya kami fokus ke beberapa negara saja sekarang dengan telah selesainya Proyek Langit Biru kemudian ada Proyek Arcici dan green refinery di RDMP Balikpapan," kata Nicke dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Pertamina memproyeksikan proyek RDMP Balikpapan rampung tahun depan dan mampu memproduksi bahan bakar minyak yang setara dengan EURO V.

Nicke menjelaskan proyek modifikasi dan pembangunan kilang baru perlu dilakukan karena 40 persen kebutuhan bahan bakar minyak nasional masih impor.

"Karena itu, kami perlu menaikkan kapasitas kilang yang ada dari hari ini satu juta barel  per hari menjadi 1,4 juta barel per hari dan kami proyeksikan angka itu cukup untuk kebutuhan nasional," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan proyek RDMP Balongan telah selesai termasuk upgrading fleksibilty dari Kilang Cilacap sudah juga dilakukan oleh perseroan. Kedua kilang itu kini sudah bisa mengolah crude yang tinggi sulfur dengan biaya yang lebih murah.
Tak hanya itu, kilang tersebut juga lebih fleksibel dalam memproses dan menghasilkan produk-produk dengan nilai tambah yang tinggi.

Nicke menceritakan bahwa dulu Pertamina memproduksi premium lebih banyak, namun sekarang memproduksi Pertamax (RON 92) lebih banyak. Hal ini tentu berdampak terhadap aspek lingkungan yang menjadi lebih bersih.

"Untuk Kilang Balongan kami mempunyai dua tujuan, pertama meningkatkan kapasitas dari 125.000 barel per hari (BPH) menjadi 150.000 BPH. Sebetulnya mulai bulan Mei tahun ini BBM jenis Pertamax kita produksinya meningkat 25.000 BPH atau 9.125.000 barel tambahan per tahun," jelas Nicke.

Dengan selesainya Kilang Balongan, Pertamina berhasil menurunkan impor BBM sebesar 9.125.000 barel per tahun. Itulah kontribusi Pertamina dalam perbaikan defisit neraca perdagangan Indonesia," imbuhnya.

Stok BBM

Sementata itu PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat (JBB) terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan BBM, khususnya BBM Bersubsidi Pertalite dan Solar di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. 

Area Manager Communication Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat memastikan jika ketahanan pasokan Pertalite dan Solar cukup hingga 16 hari ke depan untuk wilayah Jawa Bagian Barat.

"Sebagai Perusahaan yang diamanahkan oleh Negara untuk menyalurkan BBM Bersubsidi agar tepat sasaran apalagi di saat geliat perekonomian yang meningkat ini, berbagai penyesuaian telah kami lakukan untuk pastikan stok BBM Bersubsidi ini aman dan mencukupi. Kami juga sudah berupaya melakukan build-up stok di setiap SPBU di wilayah JBB. Stok akan selalu kami jaga sesuai dengan permintaan dari SPBU," ungkap Eko.
Ia pun menyampaikan hingga saat ini untuk wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sampai dengan pertengahan bulan Agustus 2022 proporsi penjualan produk Pertalite sejumlah 79,9% untuk jenis Gasoline, sementara proporsi penjualan produk Solar subsidi mencapai 95% untuk jenis Gasoil.

Ia mengimbau agar masyarakat menggunakan bahan bakar minyak sesuai dengan spesifikasi kendaraan, agar BBM subsidi dapat diterima oleh masyarakat yang berhak dan tidak dimanfaatkan oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Kami berharap masyarakat bisa membeli BBM secara bijak, tidak perlu khawatir karena distribusi dilakukan seoptimal dan sebaik mungkin setiap harinya. BBM bersubsidi Pertalite dengan harga Rp 7.650 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter tersedia di berbagai wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat," pungkas Eko.

Pertamina juga terus mengingatkan kepada masyarakat saat ini pendaftaran program subsidi tepat masih terus dibuka, masyarakat dapat mendaftar dari rumah, melalui online di website subsiditepat.mypertamina.id atau dengan mendownload aplikasi MyPertamina kemudian mendaftar melalui salah satu fitur di aplikasi tersebut.

Selain itu untuk mempermudah pendaftaran bagi masyarakat yang tidak memiliki handphone, dapat mengunjungi booth pendaftaran yang disediakan di SPBU Pertamina. Terdapat petugas yang akan membantu masyarakat untuk mendaftar secara langsung.

Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi seputar produk dan berbagai layanan dari Pertamina, dapat menghubungi layanan Pertamina Call Center (PCC) 135 atau serta media sosial resmi @ptpertaminaniaga  @mypertamina dan @pertaminarjbb.

 

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022