Kebanyakan kota besar di Indonesia berawan atau cerah berawan pada Senin siang dan malam menurut prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Pada siang hari cuaca Kota Bengkulu dan Padang diprakirakan cerah, sementara Kota Banda Aceh, Denpasar, Yogyakarta, Jakarta Pusat, Jambi,  Surabaya, Pontianak, Kupang, Pekanbaru, Makassar, dan Medan cerah berawan.

Kota Gorontalo, Bandung, Semarang, Palangka Raya, Samarinda, Tarakan, Jayapura, Mataram, Tanjung Pinang, dan Manokwari diprakirakan berawan pada siang hari.

Pada siang hari hujan ringan berpeluang turun di Kota Serang, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Mamuju, Kendari, Manado, dan Palembang; hujan disertai petir berpotensi terjadi di Kota Banjarmasin; hujan dengan intensitas sedang diprakirakan turun di Kota Ambon; dan hujan lebat berpotensi mengguyur Kota Ternate.

Malam harinya, cuaca Kota Bengkulu, Pekanbaru, dan Padang diprakirakan cerah, sementara Kota Denpasar, Jakarta Pusat, Surabaya, Pontianak, Tarakan, dan Kupang cerah berawan.

Kota Banda Aceh, Serang, Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Semarang, Samarinda, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Mataram, Ternate, Manokwari, Mamuju, Makassar, Kendari, Manado, Palembang, dan Medan diprakirakan berawan pada malam hari.


Hanya Kota Bandung, Banjarmasin, Palangka Raya, Bandar Lampung, Ambon, dan Jayapura yang pada malam hari berpeluang mengalami hujan dengan intensitas ringan.
 

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab musim kemarau tahun ini masih terdapat hujan intensitas ringan hingga lebat, karena masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan.

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto di Jakarta, Sabtu, menjelaskan fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan diantaranya yaitu fenomena La Nina yang pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.

"Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," ujar Guswanto.

Selain La Nina, kata Guswanto, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Sementara itu dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu; MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

"Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," ujar dia.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kebanyakan kota besar diprakirakan berawan atau cerah berawan

Pewarta: Indriani

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022