Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menegaskan bahwa moderasi beragama yang digaungkan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf berbeda dengan liberalisme.
"Moderasi beragama tidak pernah mengajarkan semua agama benar, sama sekali tidak. Moderasi beragama bagi umat Islam tetap mengajarkan Islam sebagai agama paling benar dan agama yang mengantarkan kita menuju surga dan ridha Allah," ujar Kamaruddin di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan moderasi beragama bukan berarti pendangkalan akidah. Menurut dia, banyak warga yang tidak memahami moderasi beragama, sehingga beredar kabar tidak benar tentang program prioritas pemerintahan Jokowi-Ma’ruf tersebut.
Moderasi beragama, kata dia, bermakna memiliki keyakinan dengan Islam secara kokoh tetapi perlu saling menghormati dan menghargai tanpa harus menista serta menghina yang berbeda dengan keyakinan.
"Kalau liberal itu mengabaikan teks keagamaan bahkan mengabaikan apa yang sudah disepakati secara umum menggunakan rasio secara bebas. Itu bukanlah moderasi beragama," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menekankan moderasi beragama mengajarkan seluruh pemeluk agama untuk menjalankan ajaran agama yang dipercayainya secara militan tetapi harus bisa menghargai dan menghormati orang yang memiliki keyakinan yang berbeda.
"Apapun agamanya harus bisa menghargai pilihan orang lain. Karena sebagai seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama di hadapan negara," kata dia.
Di sisi lain, ia mengajak kepada seluruh pegawai Ditjen Bimas Islam untuk mendiseminasikan paham moderasi beragama kepada masyarakat.
"Sebagai ujung tombak program moderasi beragama, seluruh pegawai Ditjen Bimas Islam berkewajiban mendiseminasikan dan menyukseskan program prioritas pemerintahan Jokowi-Ma’ruf," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Moderasi beragama tidak pernah mengajarkan semua agama benar, sama sekali tidak. Moderasi beragama bagi umat Islam tetap mengajarkan Islam sebagai agama paling benar dan agama yang mengantarkan kita menuju surga dan ridha Allah," ujar Kamaruddin di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan moderasi beragama bukan berarti pendangkalan akidah. Menurut dia, banyak warga yang tidak memahami moderasi beragama, sehingga beredar kabar tidak benar tentang program prioritas pemerintahan Jokowi-Ma’ruf tersebut.
Moderasi beragama, kata dia, bermakna memiliki keyakinan dengan Islam secara kokoh tetapi perlu saling menghormati dan menghargai tanpa harus menista serta menghina yang berbeda dengan keyakinan.
"Kalau liberal itu mengabaikan teks keagamaan bahkan mengabaikan apa yang sudah disepakati secara umum menggunakan rasio secara bebas. Itu bukanlah moderasi beragama," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menekankan moderasi beragama mengajarkan seluruh pemeluk agama untuk menjalankan ajaran agama yang dipercayainya secara militan tetapi harus bisa menghargai dan menghormati orang yang memiliki keyakinan yang berbeda.
"Apapun agamanya harus bisa menghargai pilihan orang lain. Karena sebagai seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama di hadapan negara," kata dia.
Di sisi lain, ia mengajak kepada seluruh pegawai Ditjen Bimas Islam untuk mendiseminasikan paham moderasi beragama kepada masyarakat.
"Sebagai ujung tombak program moderasi beragama, seluruh pegawai Ditjen Bimas Islam berkewajiban mendiseminasikan dan menyukseskan program prioritas pemerintahan Jokowi-Ma’ruf," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022