ANTARAJAWABARAT.com,12/4 - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa meminta industri sawit nasional untuk lebih fokus menggarap pasar dalam negeri seiring pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman domestik.

"Jumlah pertumbuhan kelas menengah baru yang signifikan, sekitar sembilan juta per tahun jelas sebuah pasar bagi industri sawit nasional untuk menggarap pasar domestik, memenuhi kebutuhan bahan baku minyak di dalam negeri," kata Hatta Rajasa saat membuka Musyawarah Nasional Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Bandung, Kamis.

Menurut Hatta, kelas menegah baru di Indonesia indikatornya ditandai dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pengolahan bahan makanan itu membutuhkan pasokan minyak sawit yang juga signifikan.

Peluang tersebut, kata Hatta bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha CPO sebagai pasar baru, daripada terus mengekspor CPO ke luar negeri.

"Artinya industri kelapa sawit memasarkan produknya lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang sebenarnya sangat besar, dan jangan sampai menjadi sasaran produk impor," katanya.

Menurut Hatta, jumlah produksi CPO nasional saat ini sebanyak 23,5 juta ton dan menjadikan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16,5 juta ton diekspor ke sejumlah negara di dunia terutama ke AS dan Eropa.

"Ekspor memang bagus, namun juga prihatin karena akan lebih baik bila diolah menjadi produk jadi di dalam negeri dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang masih cukup besar. Itu akan lebih baik lagi," katanya.

Sementara itu total ekspor CPO Indonesia saat ini cukup besar yakni sebesar 203 miliar dolar AS. Di sisi lain menurut Hatta pihaknya terus mendorong industri hilir CPO agar komoditas unggulan Indonesia itu lebih berdaya saing.

Luas areal lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang disiapkan oleh pemerintah sebanyak 9,8 juta hektar, baru termanfaatkan sebanyak 7,9 hektar, sisanya belum termanfaatkan.

Sementara itu itu Munas VIII Gapki di Bandung untuk merumuskan pengembangan dan progres industri kelapa sawit ke depan, salah satunya juga mencari jalan keluar untuk meningkatkan perluasan areal kelapa sawit, termasuk pembahasan pemanfaatan HGU yang tersisa dan juga pemanfaatan lahan terlantar untuk perluasan kelapa sawit.

Ketua Umum Gapki Zoelfi G Bahroedin menyebutkan, Munas VIII Gapki sangat strategis terutama untuk mencari formula yang tepat untuk penyelesaian permasalahan industri sawit terutama dalam penggunaan HGU dan pemanfaatan lahan terlantar.

Selain itu juga dibahas mengenai moratorium lahan sawit di Indonesia yang menjadi salah satu kendala bagi pengembangan industri sawit nasional.

"Kami tegaskan bahwa kelapa sawit tidak merusak hutan dan lingkungan, selain itu juga kami mendesak agar pemanfaatan lahan terlantar bisa kita lakukan, dan tentunya perlu dukungan dari pemerintah," kata Zoelfi menambahkan.

Munas VIII Gapki digelar selama sehari di Bandung diikuti oleh pengurus Gapki dan pengusaha kelapa sawit se-Indonesia. Selain Menko Perekonomian Hatta Rajasa, hadir pula memberikan pembekalan pada acara itu adalah Menteri Kehutanan Zulkifli Hassan, Menteri Pertanian Soeswono dan wakil dari Badan Pertanahan Nasional.***2***

Syarif

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012