Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 163 kejadian banjir di 27 provinsi di sepanjang Maret tahun ini.
"Total rumah terendam sebanyak 255 unit, 16 orang korban jiwa, tiga orang sampai saat ini masih dinyatakan hilang, dan 507.253 jiwa terdampak dan mengungsi," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers via daring di Jakarta, Jumat.
Baca juga: BNPB catat Indonesia alami 1.137 kali kejadian bencana hingga Maret 2022
Baca juga: BNPB catat Indonesia alami 1.137 kali kejadian bencana hingga Maret 2022
Menurutnya, kejadian banjir di bulan Maret tahun ini terjadi sedikit anomali dari pelaporan kejadian banjir yang terjadi di Indonesia.
Intensitas kejadian banjir seharusnya berada di bulan Januari-Februari, sejalan dengan ujung atau puncak musim penghujan.
Berdasarkan catatan BNPB, kejadian banjir di bulan Maret 2022 lebih banyak dibandingkan Maret 2021 yang mengalami 156 kali kejadian banjir.
"Padahal di 2021 kita masih terdampak La Nina, sedangkan di 2022 ini meskipun masih ada efeknya tapi seharusnya sudah mulai melemah dibandingkan dengan 2021," ujarnya.
Ia mengharapkan dukungan masyarakat, pemerintah daerah untuk menjaga kondisi alam sekitar tetap baik agar dapat menangani dan mengatasi bencana hidrometeorologi ini di masa depan.
Secara normal, ia mengatakan pada Maret tahun ini sudah mulai memasuki pancaroba yang karakteristik hidrometeorologinya yakni hujan intensitas tinggi dalam durasi pendek.
Ia mengharapkan dukungan masyarakat, pemerintah daerah untuk menjaga kondisi alam sekitar tetap baik agar dapat menangani dan mengatasi bencana hidrometeorologi ini di masa depan.
Secara normal, ia mengatakan pada Maret tahun ini sudah mulai memasuki pancaroba yang karakteristik hidrometeorologinya yakni hujan intensitas tinggi dalam durasi pendek.
"Tetapi pada kenyataannya masih banyak terjadi hujan intensitas tinggi dengan durasi panjang sehingga eskalasi daerah terdampak banjir itu masih sangat luas," tuturnya.
Ia mengemukakan masyarakat dapat mengukur hujan dengan intensitas tinggi atau tidak yakni dengan melihat keluar ruangan. Apabila jarak pandang kurang dari 100 meter, maka sudah bisa disebut dengan hujan intensitas tinggi.
"Kalau terjadi hujan deras maka lihat keluar ruangan, baik itu siang maupun malam. Kalau siang kita bisa melihat dengan visualisasi biasa, kalau malam bisa menggunakan lampu senter," kata Abdul Munhari.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022