Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Jumat sore, karena beberapa kekhawatiran pasokan mereda di tengah ekspektasi bahwa ekspor minyak mentah dari terminal CPC Kazakhstan akan dimulai kembali, sementara Uni Eropa tetap terpecah tentang apakah akan memberlakukan embargo minyak terhadap Rusia.
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 1,56 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 117,47 dolar AS per barel pada pukul 08.00 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 1,56 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 110,78 dolar AS per barel, setelah keduanya turun lebih dari 2,0 persen pada sesi sebelumnya.
Baca juga: Kekhawatiran krisis pasokan mereda, harga minyak turun di Asia
Meskipun jatuh, kedua harga acuan menuju kenaikan mingguan pertama mereka dalam tiga minggu. Harga Minyak Brent berada di jalur untuk lonjakan 9,0 persen dan harga Minyak WTI di jalur untuk kenaikan 6,0 persen, karena kekhawatiran pasokan yang lebih luas yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina menopang pasar.
Amerika Serikat dan Inggris, keduanya kurang bergantung dari Uni Eropa pada minyak Rusia, telah memberlakukan larangan minyak mentah Rusia. Uni Eropa, yang sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia, menghadapi dilema yang lebih besar mengenai apakah akan menjatuhkan sanksi pada sektor tersebut.
“Sebagai pembeli tunggal minyak Rusia terbesar, semakin cepat Eropa berusaha memotong impor Rusia, semakin tinggi harga minyak global akan naik,” kata analis J.P. Morgan dalam sebuah catatan.
Sumber-sumber OPEC mengatakan para pejabat kelompok itu percaya kemungkinan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan merugikan konsumen dan bahwa kelompok itu telah menyampaikan keprihatinannya ke Brussels.
Dengan stok global pada level terendah sejak 2014, analis mengatakan pasar tetap rentan terhadap guncangan pasokan.
Kekhawatiran meningkat setelah terminal Caspian Pipeline Consortium (CPC) di pantai Laut Hitam Rusia menghentikan ekspor pada Rabu (23/3/2022) setelah rusak oleh badai besar.
Baca juga: Minyak jatuh dua persen saat Uni Eropa gagal boikot minyak mentah Rusia
Tetapi ekspor dari terminal diperkirakan akan dilanjutkan pada Jumat, menggunakan salah satu dari tiga titik tambat yang rusak akibat badai, kata Menteri Energi Kazakh Bolat Akchulakov.
Menanggapi volatilitas pasar, Intercontinental Exchange (ICE) menaikkan margin untuk Brent berjangka sebesar 19 persen untuk kontrak Mei mulai Jumat, kenaikan ketiga tahun ini.
Tingkat margin berjangka dinaikkan ketika pasar bergejolak dan langkah tersebut membuat transaksi menjadi lebih mahal karena memaksa pedagang untuk meningkatkan deposit yang mereka pegang di bursa untuk setiap kontrak guna membuktikan bahwa mereka dapat memenuhi kewajiban mereka.
Dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran pasokan, Amerika Serikat mengatakan sedang mendiskusikan dengan sekutunya kemungkinan pelepasan minyak lebih lanjut dari penyimpanan. Sumber juga mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat akan mengungkap kesepakatan untuk memasok lebih banyak gas alam cair (LNG) AS ke Eropa tahun ini dan tahun depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 1,56 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 117,47 dolar AS per barel pada pukul 08.00 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 1,56 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 110,78 dolar AS per barel, setelah keduanya turun lebih dari 2,0 persen pada sesi sebelumnya.
Baca juga: Kekhawatiran krisis pasokan mereda, harga minyak turun di Asia
Meskipun jatuh, kedua harga acuan menuju kenaikan mingguan pertama mereka dalam tiga minggu. Harga Minyak Brent berada di jalur untuk lonjakan 9,0 persen dan harga Minyak WTI di jalur untuk kenaikan 6,0 persen, karena kekhawatiran pasokan yang lebih luas yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina menopang pasar.
Amerika Serikat dan Inggris, keduanya kurang bergantung dari Uni Eropa pada minyak Rusia, telah memberlakukan larangan minyak mentah Rusia. Uni Eropa, yang sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia, menghadapi dilema yang lebih besar mengenai apakah akan menjatuhkan sanksi pada sektor tersebut.
“Sebagai pembeli tunggal minyak Rusia terbesar, semakin cepat Eropa berusaha memotong impor Rusia, semakin tinggi harga minyak global akan naik,” kata analis J.P. Morgan dalam sebuah catatan.
Sumber-sumber OPEC mengatakan para pejabat kelompok itu percaya kemungkinan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan merugikan konsumen dan bahwa kelompok itu telah menyampaikan keprihatinannya ke Brussels.
Dengan stok global pada level terendah sejak 2014, analis mengatakan pasar tetap rentan terhadap guncangan pasokan.
Kekhawatiran meningkat setelah terminal Caspian Pipeline Consortium (CPC) di pantai Laut Hitam Rusia menghentikan ekspor pada Rabu (23/3/2022) setelah rusak oleh badai besar.
Baca juga: Minyak jatuh dua persen saat Uni Eropa gagal boikot minyak mentah Rusia
Tetapi ekspor dari terminal diperkirakan akan dilanjutkan pada Jumat, menggunakan salah satu dari tiga titik tambat yang rusak akibat badai, kata Menteri Energi Kazakh Bolat Akchulakov.
Menanggapi volatilitas pasar, Intercontinental Exchange (ICE) menaikkan margin untuk Brent berjangka sebesar 19 persen untuk kontrak Mei mulai Jumat, kenaikan ketiga tahun ini.
Tingkat margin berjangka dinaikkan ketika pasar bergejolak dan langkah tersebut membuat transaksi menjadi lebih mahal karena memaksa pedagang untuk meningkatkan deposit yang mereka pegang di bursa untuk setiap kontrak guna membuktikan bahwa mereka dapat memenuhi kewajiban mereka.
Dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran pasokan, Amerika Serikat mengatakan sedang mendiskusikan dengan sekutunya kemungkinan pelepasan minyak lebih lanjut dari penyimpanan. Sumber juga mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat akan mengungkap kesepakatan untuk memasok lebih banyak gas alam cair (LNG) AS ke Eropa tahun ini dan tahun depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022