ANTARAJAWABARAT.com,12/3 - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat melakukan langkah antisipasi untuk meredam dampak kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik (TDL) yang potensial mengakibatkan anjloknya penjualan tekstil dan produk tekstil (TPT).

"Kenaikan BBM dan TDL tidak bisa ditunda lagi, dan kami lakukan antisipasi dampaknya besar atau kecil, salah satunya mengantisipasi melemahnya daya beli masyarakat yang bisa berdampak pada anjloknya penjualan TPT," kata Sekretaris DPD API Jawa Barat, Kevin Hartanto di Bandung, Senin.

Sejak jauh-jauh hari, pihaknya sudah memprediksi terkait kenaikan BBM dan TDL itu sehingga sudah melakukan beberapa upaya untuk meminimalisasi dampak.

Dari sisi produksi, dipastikan tidak akan berpengaruh terhadap BBM industri karena kalangan industri sejak lama mengkonsumsi BBM dengan tarif industri yang harganya lebih tinggi dari BBM subsidi.

"Dari sisi bahan bakar mesin tidak masalah karena sejak dulu sudah pakai BBM industri yang tidak terkena kenaikan harga. Namun imbasnya dari transportasi dan bahan baku mungkin meningkat. Terlebih melemahnya daya beli masyarakat," katanya.

Ia menyebutkan, dalam dua hingga enam bulan ke depan, industri dalam posisi melakukan penyesuaian. Penurunan daya beli masyarakat juga diprediksi berpengaruh pada melemahnya pasar tekstil khususnya di dalam negeri.

Konsentrasi pengusaha kata Kevin, saat ini lebih konsentrasi pada strategi dan langkah bisnis ke depan, dibanding melakukan penolakan kenaikan harga BBM.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua DPP API , Ade Sudradjat yang menyebutkan kenaikan harga BBM dan TDL akan memicu kenaikan inflasi pada bulan-bulan berikutnya sehingga berpengaruh terhadap melemahnya daya beli masyarakat.

"Inflasi meningkat, daya beli masyarakat dipastikan melemah untuk menyerap produksi khususnya di dalam negeri. Belum lagi harus bersaing dengan produk TPT impor dari China yang semakin merambah pasar dengan harga yang murah," kata Ade Sudradjat.

Meski beban pembelian bahan bakar industri tidak terpengaruh, namun beban pengusaha TPT bertambah karena persaingan produk impor terus meningkat.

Ia menyebutkan, sandang saat ini masuk kategori kebutuhan sekunder bagi masyarakat. Masyarakat yang terkena imbas kenaikan BBM dan TDL dipastikan lebih memilih membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan primer.

"Kondisi ini bisa memicu pasar tekstil dan produk tekstil dalam negeri anjlok, namun kami belum bisa memprediksi potensi penurunan penjualan produk TPT itu," kata Ade Sudradjat menambahkan.***2***

Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012