Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia mencapai total 882 kasus hingga Kamis pagi yang didominasi pasien dari kalangan pelaku perjalanan luar negeri asal Arab Saudi.
"Kasus Omicron yang dilaporkan sampai dengan hari ini berjumlah 882 kasus. Terdiri atas 710 pelaku perjalanan luar negeri, transmisi lokal 161 pasien dan belum diketahui 11 kasus," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: 276 pasien Omicron di Indonesia sudah sembuh
Nadia mengatakan 882 kasus Omicron di Indonesia merupakan akumulasi pasien yang didata Kemenkes sejak kasus pertama terdeteksi di Jakarta pada 15 Desember 2021.
untuk kasus yang melibatkan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) didominasi asal negara keberangkatan Arab Saudi sebanyak 128 kasus.
"Setelah Arab Saudi adalah asal negara kedatangan dari Turki sebanyak 109 kasus, Amerika Serikat 81 kasus, Malaysia 66 kasus dan Uni Emirat Arab (EUA) 54 kasus," katanya.
Nadia mengatakan hampir 80 persen pasien Omicron sudah mendapatkan suntikan dua dosis vaksin COVID-19 dosis lengkap sehingga tidak menunjukkan gejala berat.
Baca juga: Kasus infeksi varian Omicron di Indonesia bertambah jadi 840
"Tentunya menjadi kewaspadaan kita bahwa orang yang sudah divaksin saja masih bisa terkena Omicron, apalagi yang belum divaksin. Kita melihat orang yang sudah divaksin tertular Omicron gejalanya lebih ringan," katanya.
Nadia mengatakan ada kecenderungan peningkatan kasus penularan COVID-19 pada awal tahun 2022, namun angka peningkatannya tidak signifikan.
"Namun kita tetap waspada, protokol kesehatan harus tetap kita jalankan sambil percepatan vaksinasi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan mayoritas kenaikan kasus Omicron di level dunia terjadi dalam kurun waktu yang sangat cepat dan singkat, berkisar antara 35 hingga 65 hari.
Baca juga: Luhut perkirakan puncak Omicron di Indonesia pertengahan Februari-awal Maret
“Di Indonesia kita mengidentifikasi kasus pertama pada pertengahan Desember, tapi kasus mulai naiknya di awal Januari. Kita hitung antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat,” kata Menkes dalam keterangan pers yang digelar di Jakarta pada Ahad (16/1).
Wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek diperkirakan menjadi daerah pertama yang akan mengalami lonjakan kasus. Mengingat dari hasil identifikasi Kemenkes, mayoritas transmisi lokal varian Omicron terjadi di DKI Jakarta, dan diperkirakan dalam waktu dekat juga akan meluas ke wilayah Bodetabek sebab secara geografis daerah tersebut berdekatan dan mobilitas masyarakat sangat tinggi.
“Kami juga sampaikan bahwa lebih dari 90 persen transmisi lokal terjadi di DKI Jakarta, jadi kita harus siapkan khusus DKI Jakarta sebagai medan perang pertama menghadapi varian Omicron, dan kita harus sudah memastikan bisa menangani dengan baik,” katanya
Baca juga: Puncak kasus Omicron di Indonesia diperkirakan awal Februari
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Kasus Omicron yang dilaporkan sampai dengan hari ini berjumlah 882 kasus. Terdiri atas 710 pelaku perjalanan luar negeri, transmisi lokal 161 pasien dan belum diketahui 11 kasus," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: 276 pasien Omicron di Indonesia sudah sembuh
Nadia mengatakan 882 kasus Omicron di Indonesia merupakan akumulasi pasien yang didata Kemenkes sejak kasus pertama terdeteksi di Jakarta pada 15 Desember 2021.
untuk kasus yang melibatkan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) didominasi asal negara keberangkatan Arab Saudi sebanyak 128 kasus.
"Setelah Arab Saudi adalah asal negara kedatangan dari Turki sebanyak 109 kasus, Amerika Serikat 81 kasus, Malaysia 66 kasus dan Uni Emirat Arab (EUA) 54 kasus," katanya.
Nadia mengatakan hampir 80 persen pasien Omicron sudah mendapatkan suntikan dua dosis vaksin COVID-19 dosis lengkap sehingga tidak menunjukkan gejala berat.
Baca juga: Kasus infeksi varian Omicron di Indonesia bertambah jadi 840
"Tentunya menjadi kewaspadaan kita bahwa orang yang sudah divaksin saja masih bisa terkena Omicron, apalagi yang belum divaksin. Kita melihat orang yang sudah divaksin tertular Omicron gejalanya lebih ringan," katanya.
Nadia mengatakan ada kecenderungan peningkatan kasus penularan COVID-19 pada awal tahun 2022, namun angka peningkatannya tidak signifikan.
"Namun kita tetap waspada, protokol kesehatan harus tetap kita jalankan sambil percepatan vaksinasi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan mayoritas kenaikan kasus Omicron di level dunia terjadi dalam kurun waktu yang sangat cepat dan singkat, berkisar antara 35 hingga 65 hari.
Baca juga: Luhut perkirakan puncak Omicron di Indonesia pertengahan Februari-awal Maret
“Di Indonesia kita mengidentifikasi kasus pertama pada pertengahan Desember, tapi kasus mulai naiknya di awal Januari. Kita hitung antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi. Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat,” kata Menkes dalam keterangan pers yang digelar di Jakarta pada Ahad (16/1).
Wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek diperkirakan menjadi daerah pertama yang akan mengalami lonjakan kasus. Mengingat dari hasil identifikasi Kemenkes, mayoritas transmisi lokal varian Omicron terjadi di DKI Jakarta, dan diperkirakan dalam waktu dekat juga akan meluas ke wilayah Bodetabek sebab secara geografis daerah tersebut berdekatan dan mobilitas masyarakat sangat tinggi.
“Kami juga sampaikan bahwa lebih dari 90 persen transmisi lokal terjadi di DKI Jakarta, jadi kita harus siapkan khusus DKI Jakarta sebagai medan perang pertama menghadapi varian Omicron, dan kita harus sudah memastikan bisa menangani dengan baik,” katanya
Baca juga: Puncak kasus Omicron di Indonesia diperkirakan awal Februari
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022