Penyidik Bareskrim Polri menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat yang dilayangkan melalui aplikasi Dumas Presisi terkait suap karantina yang diduga dilakukan selebgram Rachel Vennya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyebutkan saat ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap tiga orang saksi.
"Sampai saat ini sudah tiga orang yang telah dimintai keterangan," kata Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Rachel Vennya penuhi panggilan polisi untuk diperiksa sebagai tersangka
Ramadhan menyebutkan penyidik Bareskrim Polri melakukan pendalaman terkait laporan tersebut. Meski demikian, penyidik belum melakukan pemeriksaan terhadap terlapor, yakni Rachel Vennya.
"Saat ini masih dilakukan pendalaman dan penyelidikan," ujar Ramadhan.
Laporan kasus suap atau pungutan liar atas tidak dikarantinanya Rachel Vennya dilaporkan oleh Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI).
Sebelumnya, Koordinator MAKI Boyamin Saiman menyebutkan telah melayangkan laporan ke Bareskrim Polri melalui surat elektronik dan pos pada 16 Desember 2021.
Kemudian, pada Selasa (21/12) MAKI menyerahkan bukti tambahan untuk memperkuat laporan terkait dugaan tindak pidana suap/pungli atas tidak dikarantinanya Rachel Vennya.
Bukti tersebut diperoleh dari proses persidangan Rachel Vennya di Pengadilan Negeri Tangerang, yang diyakini benar keterangannya.
Baca juga: Kasus kaburnya Rachel Vennya dinaikkan ke penyidikan
Boyamin menyebutkan bukti tersebut memperkuat dugaan adanya pungli atau suap uang senilai Rp30 juta dari Rachel Vennya kepada Ovelina dan Kania.
Kania diketahui sebagai aparatur negara, oknum Satgas COVID-19 khusus karantina di bandara.
Selain itu, dari dokumen persidangan diketahui Rachel Vennya menghilang dari karantina karena mengetahui salah satu rekannya bernama Intan tidak menjalani karantina setelah pulang dari luar negeri.
"Rachel meminta saran dari Intan, terbukti Intan juga menjemput di Wisma Atlet Pademangan menggunakan mobil. Jadi artinya ini (praktik) sudah punya pengalaman melepaskan diri dari karantina," ujar Boyamin.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyebutkan saat ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap tiga orang saksi.
"Sampai saat ini sudah tiga orang yang telah dimintai keterangan," kata Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Rachel Vennya penuhi panggilan polisi untuk diperiksa sebagai tersangka
Ramadhan menyebutkan penyidik Bareskrim Polri melakukan pendalaman terkait laporan tersebut. Meski demikian, penyidik belum melakukan pemeriksaan terhadap terlapor, yakni Rachel Vennya.
"Saat ini masih dilakukan pendalaman dan penyelidikan," ujar Ramadhan.
Laporan kasus suap atau pungutan liar atas tidak dikarantinanya Rachel Vennya dilaporkan oleh Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI).
Sebelumnya, Koordinator MAKI Boyamin Saiman menyebutkan telah melayangkan laporan ke Bareskrim Polri melalui surat elektronik dan pos pada 16 Desember 2021.
Kemudian, pada Selasa (21/12) MAKI menyerahkan bukti tambahan untuk memperkuat laporan terkait dugaan tindak pidana suap/pungli atas tidak dikarantinanya Rachel Vennya.
Bukti tersebut diperoleh dari proses persidangan Rachel Vennya di Pengadilan Negeri Tangerang, yang diyakini benar keterangannya.
Baca juga: Kasus kaburnya Rachel Vennya dinaikkan ke penyidikan
Boyamin menyebutkan bukti tersebut memperkuat dugaan adanya pungli atau suap uang senilai Rp30 juta dari Rachel Vennya kepada Ovelina dan Kania.
Kania diketahui sebagai aparatur negara, oknum Satgas COVID-19 khusus karantina di bandara.
Selain itu, dari dokumen persidangan diketahui Rachel Vennya menghilang dari karantina karena mengetahui salah satu rekannya bernama Intan tidak menjalani karantina setelah pulang dari luar negeri.
"Rachel meminta saran dari Intan, terbukti Intan juga menjemput di Wisma Atlet Pademangan menggunakan mobil. Jadi artinya ini (praktik) sudah punya pengalaman melepaskan diri dari karantina," ujar Boyamin.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022