Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sekaligus Bapak Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Indonesia menyatakan bahwa masa depan akan ada di desa jika warganya menguasai teknologi.
"Saya mempercayai satu teori, masa depan itu di desa bukan di kota, asal ada teknologi," kata Ridwan Kamil di Banda Aceh, Minggu.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil saat melakukan pertemuan dengan BPD Aceh dan dari Sumatera Utara di Banda Aceh.
Kata Kang Emil, langkah itu akan diperjuangkan, bukan hanya untuk eksistensi organisasi, tetapi terhadap kesejahteraan desa. Tujuannya memperjuangkan harkat martabat sebuah eksistensi yang belum sempurna.
"Dengan kekompakan meraih kemenangan dengan kebersamaan pasti berhasil," ujarnya.
Ridwan menyampaikan, terdapat dua eksistensi BPD yakni sebagai pengawas mewakili masyarakat. Kemudian menggunakan digital, baik untuk usulan maupun laporan dana desa, sehingga jangan sampai tidak ada eksistensi dana desa.
Ridwan menuturkan, dalam sebuah transisi menuju digital pasti ada ketidaksempurnaan, tetapi hal itu jangan membuat kemunduran.
"Makanya kita memiliki program anak-anak harus kembali ke desa, mengingat kalau orang tua hijrah ke digital akan lama," kata Kang Emil.
Dirinya menambahkan, jika sebuah desa terlihat makmur seperti petani milenial yang sedang digagas, maka nantinya orang akan senang tinggal di desa, sehingga dapat mengisi kekurangan hingga akhirnya anak muda menjadi pengurus desa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Saya mempercayai satu teori, masa depan itu di desa bukan di kota, asal ada teknologi," kata Ridwan Kamil di Banda Aceh, Minggu.
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil saat melakukan pertemuan dengan BPD Aceh dan dari Sumatera Utara di Banda Aceh.
Kata Kang Emil, langkah itu akan diperjuangkan, bukan hanya untuk eksistensi organisasi, tetapi terhadap kesejahteraan desa. Tujuannya memperjuangkan harkat martabat sebuah eksistensi yang belum sempurna.
"Dengan kekompakan meraih kemenangan dengan kebersamaan pasti berhasil," ujarnya.
Ridwan menyampaikan, terdapat dua eksistensi BPD yakni sebagai pengawas mewakili masyarakat. Kemudian menggunakan digital, baik untuk usulan maupun laporan dana desa, sehingga jangan sampai tidak ada eksistensi dana desa.
Ridwan menuturkan, dalam sebuah transisi menuju digital pasti ada ketidaksempurnaan, tetapi hal itu jangan membuat kemunduran.
"Makanya kita memiliki program anak-anak harus kembali ke desa, mengingat kalau orang tua hijrah ke digital akan lama," kata Kang Emil.
Dirinya menambahkan, jika sebuah desa terlihat makmur seperti petani milenial yang sedang digagas, maka nantinya orang akan senang tinggal di desa, sehingga dapat mengisi kekurangan hingga akhirnya anak muda menjadi pengurus desa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021