Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), rebound dari kerugian awal setelah data persediaan AS menunjukkan permintaan konsumen yang kuat ketika Federal Reserve mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret untuk memperlambat kenaikan inflasi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari menguat 18 sen atau 0,2 persen, menjadi menetap di 73,88 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik 14 sen atau 0,2 persen menjadi berakhir di 70,87 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak turun di Asia tertekan spekulasi pasokan akan lebihi permintaan
Harga telah tertekan hampir sepanjang hari karena kekhawatiran yang berkelanjutan bahwa pertumbuhan pasokan akan melebihi permintaan pada tahun depan dan kekhawatiran bahwa vaksin COVID-19 mungkin kurang efektif terhadap varian Omicron yang menyebar.
Federal Reserve mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret, mulai menaikkan suku bunga karena pengangguran tetap rendah dan inflasi meningkat.
Harga minyak naik sejalan dengan aset-aset berisiko lainnya seperti ekuitas AS yang merespons positif pernyataan The Fed.
Persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu serta stok sulingan dan bensin juga menurun, data mingguan pemerintah menunjukkan. Ekspor minyak mentah meningkat tajam, sementara produk yang dipasok oleh kilang, sinyal permintaan konsumen, mencapai rekor 23,2 juta barel per hari.
Baca juga: Tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan, harga minyak turun
"Data EIA (Badan Informasi Energi AS) sangat kuat di semua elemen, rekor permintaan minyak tersirat, penarikan besar produk minyak mentah dan minyak," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Para analis minyak mengantisipasi varian Omicron akan mengekang permintaan dalam beberapa bulan mendatang.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut bukti awal menunjukkan vaksin mungkin kurang efektif terhadap infeksi dan penularan terkait dengan varian Omicron, yang juga membawa risiko infeksi ulang yang lebih tinggi.
"Ketika lebih banyak informasi keluar tentang potensi penguncian atau pembatasan perjalanan sebagai akibat dari Omicron, kami dapat melihat kemunduran dari sini," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Pejabat AS mengatakan bahwa kasus virus corona sedang meningkat. Akan tetapi, kombinasi vaksin dua suntikan dan booster masih menetralkan penyakit.
Konsumen sudah mulai mengubah rencana perjalanan dan pengeluaran maskapai menurun pada minggu lalu, menurut penelitian Bank of America.
Pada hari Selasa (14/12), Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa lonjakan kasus COVID-19 akan mengurangi permintaan global untuk minyak, sementara produksi minyak mentah akan meningkat, terutama di Amerika Serikat, dan pasokan akan melebihi permintaan setidaknya sampai akhir tahun depan.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia di tengah ketakutan permintaan terkait Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari menguat 18 sen atau 0,2 persen, menjadi menetap di 73,88 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik 14 sen atau 0,2 persen menjadi berakhir di 70,87 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak turun di Asia tertekan spekulasi pasokan akan lebihi permintaan
Harga telah tertekan hampir sepanjang hari karena kekhawatiran yang berkelanjutan bahwa pertumbuhan pasokan akan melebihi permintaan pada tahun depan dan kekhawatiran bahwa vaksin COVID-19 mungkin kurang efektif terhadap varian Omicron yang menyebar.
Federal Reserve mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret, mulai menaikkan suku bunga karena pengangguran tetap rendah dan inflasi meningkat.
Harga minyak naik sejalan dengan aset-aset berisiko lainnya seperti ekuitas AS yang merespons positif pernyataan The Fed.
Persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu serta stok sulingan dan bensin juga menurun, data mingguan pemerintah menunjukkan. Ekspor minyak mentah meningkat tajam, sementara produk yang dipasok oleh kilang, sinyal permintaan konsumen, mencapai rekor 23,2 juta barel per hari.
Baca juga: Tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan, harga minyak turun
"Data EIA (Badan Informasi Energi AS) sangat kuat di semua elemen, rekor permintaan minyak tersirat, penarikan besar produk minyak mentah dan minyak," kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Para analis minyak mengantisipasi varian Omicron akan mengekang permintaan dalam beberapa bulan mendatang.
Organisasi Kesehatan Dunia menyebut bukti awal menunjukkan vaksin mungkin kurang efektif terhadap infeksi dan penularan terkait dengan varian Omicron, yang juga membawa risiko infeksi ulang yang lebih tinggi.
"Ketika lebih banyak informasi keluar tentang potensi penguncian atau pembatasan perjalanan sebagai akibat dari Omicron, kami dapat melihat kemunduran dari sini," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Pejabat AS mengatakan bahwa kasus virus corona sedang meningkat. Akan tetapi, kombinasi vaksin dua suntikan dan booster masih menetralkan penyakit.
Konsumen sudah mulai mengubah rencana perjalanan dan pengeluaran maskapai menurun pada minggu lalu, menurut penelitian Bank of America.
Pada hari Selasa (14/12), Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa lonjakan kasus COVID-19 akan mengurangi permintaan global untuk minyak, sementara produksi minyak mentah akan meningkat, terutama di Amerika Serikat, dan pasokan akan melebihi permintaan setidaknya sampai akhir tahun depan.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia di tengah ketakutan permintaan terkait Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021