Harga minyak turun untuk hari ketiga beruntun di sesi Asia pada Rabu pagi, di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa pertumbuhan pasokan akan melebihi pertumbuhan permintaan tahun depan, meskipun varian Virus Corona Omicron tidak terlihat membatasi mobilitas setajam varian COVID-19 sebelumnya.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 52 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 70,21 dolar AS per barel pada pukul 02.15 GMT, setelah kehilangan 56 sen di sesi sebelumnya.
Baca juga: Tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan, harga minyak turun
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 43 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 73,27 dolar AS per barel, setelah kehilangan 69 sen pada Selasa (14/12/2021).
Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa (14/12/2021) mengatakan lonjakan kasus COVID-19 dengan munculnya varian Omicron akan mengurangi permintaan minyak global, pada saat yang sama produksi minyak mentah akan meningkat terutama di Amerika Serikat, dengan pasokan diperkirakan melebihi permintaan setidaknya sampai akhir tahun depan.
Sebaliknya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Senin (13/12/2021) menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal pertama tahun 2022.
"Pandangan bearish IEA di pasar sangat kontras dengan pandangan OPEC yang lebih positif ketika merilis prospek bulanannya awal pekan ini. Kesenjangan menunjukkan volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka pendek," kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia di tengah ketakutan permintaan terkait Omicron
Juga membebani pasar adalah penguatan dolar AS, yang membuat komoditas yang dihargai dalam greenback lebih mahal untuk pemegang mata uang lainnya. Pasar sedang menunggu hasil pertemuan kebijakan utama Federal Reserve (Fed) AS pada Rabu untuk tanda-tanda kapan bank sentral dapat menaikkan suku bunga.
Dalam indikator bearish lainnya, data industri menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS pekan lalu tidak turun sebanyak yang diperkirakan.
Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS turun 815.000 barel dalam pekan yang berakhir 10 Desember, menurut sumber pasar, dibandingkan dengan penurunan 2,1 juta barel yang diperkirakan 10 analis yang disurvei oleh Reuters.
Namun stok sulingan turun 1,0 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan analis untuk peningkatan 700.000 barel, dan stok bensin naik 426.000 barel, lebih kecil dari yang diperkirakan.
Data mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Harga minyak melemah, kekhawatiran Omicron dapat kurangi permintaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 52 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 70,21 dolar AS per barel pada pukul 02.15 GMT, setelah kehilangan 56 sen di sesi sebelumnya.
Baca juga: Tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan, harga minyak turun
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 43 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 73,27 dolar AS per barel, setelah kehilangan 69 sen pada Selasa (14/12/2021).
Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa (14/12/2021) mengatakan lonjakan kasus COVID-19 dengan munculnya varian Omicron akan mengurangi permintaan minyak global, pada saat yang sama produksi minyak mentah akan meningkat terutama di Amerika Serikat, dengan pasokan diperkirakan melebihi permintaan setidaknya sampai akhir tahun depan.
Sebaliknya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Senin (13/12/2021) menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal pertama tahun 2022.
"Pandangan bearish IEA di pasar sangat kontras dengan pandangan OPEC yang lebih positif ketika merilis prospek bulanannya awal pekan ini. Kesenjangan menunjukkan volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka pendek," kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia di tengah ketakutan permintaan terkait Omicron
Juga membebani pasar adalah penguatan dolar AS, yang membuat komoditas yang dihargai dalam greenback lebih mahal untuk pemegang mata uang lainnya. Pasar sedang menunggu hasil pertemuan kebijakan utama Federal Reserve (Fed) AS pada Rabu untuk tanda-tanda kapan bank sentral dapat menaikkan suku bunga.
Dalam indikator bearish lainnya, data industri menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS pekan lalu tidak turun sebanyak yang diperkirakan.
Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS turun 815.000 barel dalam pekan yang berakhir 10 Desember, menurut sumber pasar, dibandingkan dengan penurunan 2,1 juta barel yang diperkirakan 10 analis yang disurvei oleh Reuters.
Namun stok sulingan turun 1,0 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan analis untuk peningkatan 700.000 barel, dan stok bensin naik 426.000 barel, lebih kecil dari yang diperkirakan.
Data mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Harga minyak melemah, kekhawatiran Omicron dapat kurangi permintaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021