ANTARAJAWABARAT.com,19/9 - Musim kemarau pertumbuhan tanaman tembakau di lahan pertanian tadah hujan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kurang maksimal, sehingga hasil produksi tembakau di daerah itu turun.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ir Ade Hasan di Cirebon, Senin, mengatakan, memasuki musim kemarau sejumlah petani di Kabupaten Cirebon menanam tembakau, meski hasil produksinya menurun hingga mencapai 50 persen.
"Tanaman tembakau bisa tumbuh di lahan pertanian tadah hujan, namun saat pertumbuhan akar dan daun tanaman tersebut tetap memerlukan pasokan air sejak tanam hingga panen, namun saat kemarau panjang, para petani di pantura Cirebon itu hanya mengandalkan pompanisasi untuk membantu pasokan air," katanya.
Biasanya tanaman tembakau, kata Ade, tingginya bisa mencapai sekitar 160 centimeter, bahkan hingga 180 centimeter, namun kini kurang dari 120 centimeter, sehingga daun tembakau yang dihasilkan menurun drastis, harapannya musim tanam tahun depan bisa optimal.
Dia menambahkan, meski hasil produksi tembakau di Kabupaten Cirebon saat ini menurun, namun harga tembakau rajang meningkat tajam, petani masih tetap diuntungkan dengan harga tembakau rajang yang cukup tinggi tersebut.
Sebelumnya harga tembakau rajang hanya kurang dari Rp30 ribu perkilogram, namun saat ini mencapai Rp60 ribu perkilogram. Diperkirakan harga tembakau rajang akan semakin tinggi karena hasil panen tembakau secara nasional berkurang dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, Rasminah, salah seorang petani tembakau mengaku, musim tanam tembakau tahun ini petani kesulitan pasokan air, sehingga pertumbuhan tembakau terhambat hasil panen menurun hingga 50 persen, namun petani tertolong harga tembakau tinggi.
"Sejak petani menanam tembakau kemarau cukup panjang hingga tanaman tembakau kering, hanya mengandalkan pomponisasi oleh petani setempat, meski mereka harus mengelurakan biaya tambahan," katanya.
Menurut dia, tanaman tembakau merupakan tanaman hemat air sehingga mampu panen meski berkurang sekitar 50 persen, jika menanam tanaman lain diperkirakan petani akan merugi karena kekeringan, harapannya irigasi di daerah Cirebon bisa memenuhi kebutuhan air untuk petani.
Wardianto petani lain di Cirebon mengatakan, petani tembakau masih beruntung dibandingkan petani lain karena meski hasil panen kurang maksimal mereka tertolong harga tembakau rajang tinggi dan mencapai sekitar Rp60 ribu perkilogram, bahkan diperkirakan harga tembakau akan terus naik.
"Petani tembakau di daerah Kabupaten Cirebon harus menjadi contoh petani lain di pantura karena mampu bertahan saat musim kemarau, sementara petani lain seperti padi dan palawija mengalami kerugian akibat kurang pasokan air," katanya.***1***
Enjang S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ir Ade Hasan di Cirebon, Senin, mengatakan, memasuki musim kemarau sejumlah petani di Kabupaten Cirebon menanam tembakau, meski hasil produksinya menurun hingga mencapai 50 persen.
"Tanaman tembakau bisa tumbuh di lahan pertanian tadah hujan, namun saat pertumbuhan akar dan daun tanaman tersebut tetap memerlukan pasokan air sejak tanam hingga panen, namun saat kemarau panjang, para petani di pantura Cirebon itu hanya mengandalkan pompanisasi untuk membantu pasokan air," katanya.
Biasanya tanaman tembakau, kata Ade, tingginya bisa mencapai sekitar 160 centimeter, bahkan hingga 180 centimeter, namun kini kurang dari 120 centimeter, sehingga daun tembakau yang dihasilkan menurun drastis, harapannya musim tanam tahun depan bisa optimal.
Dia menambahkan, meski hasil produksi tembakau di Kabupaten Cirebon saat ini menurun, namun harga tembakau rajang meningkat tajam, petani masih tetap diuntungkan dengan harga tembakau rajang yang cukup tinggi tersebut.
Sebelumnya harga tembakau rajang hanya kurang dari Rp30 ribu perkilogram, namun saat ini mencapai Rp60 ribu perkilogram. Diperkirakan harga tembakau rajang akan semakin tinggi karena hasil panen tembakau secara nasional berkurang dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, Rasminah, salah seorang petani tembakau mengaku, musim tanam tembakau tahun ini petani kesulitan pasokan air, sehingga pertumbuhan tembakau terhambat hasil panen menurun hingga 50 persen, namun petani tertolong harga tembakau tinggi.
"Sejak petani menanam tembakau kemarau cukup panjang hingga tanaman tembakau kering, hanya mengandalkan pomponisasi oleh petani setempat, meski mereka harus mengelurakan biaya tambahan," katanya.
Menurut dia, tanaman tembakau merupakan tanaman hemat air sehingga mampu panen meski berkurang sekitar 50 persen, jika menanam tanaman lain diperkirakan petani akan merugi karena kekeringan, harapannya irigasi di daerah Cirebon bisa memenuhi kebutuhan air untuk petani.
Wardianto petani lain di Cirebon mengatakan, petani tembakau masih beruntung dibandingkan petani lain karena meski hasil panen kurang maksimal mereka tertolong harga tembakau rajang tinggi dan mencapai sekitar Rp60 ribu perkilogram, bahkan diperkirakan harga tembakau akan terus naik.
"Petani tembakau di daerah Kabupaten Cirebon harus menjadi contoh petani lain di pantura karena mampu bertahan saat musim kemarau, sementara petani lain seperti padi dan palawija mengalami kerugian akibat kurang pasokan air," katanya.***1***
Enjang S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011