ANTARAJAWABARAT.com, 26/6 (ANTARA) - PT Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten (Bank BJB) menyatakan kesiapannya menjadi apex bank atau bank induk bagi sejumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Jawa Barat dan Banten.
"Pada prinsipnya kami siap menjadi bank induk BPR, kami menunggu hasil kajian dari Bank Indonesia terkait menaknismenya. Bila BI memberikan lampu hijau, maka tidak ada masalah program itu digulirkan," kata Direktur Konsumer Bank BJB, Tatang Sumarna, di Bandung, Minggu.
Ia menyebutkan, pihaknya memiliki likuiditas yang cukup untuk bergerak sebagai apex bank atau bank induk BPR di provinsi itu.
Tatang menyebutkan, kerja sama dengan BPR sebenarnya bukan yang pertama bagi bank yang berkantor pusat di Jalan Naripan Kota Bandung itu karena sebelumnya sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah BPR dalam program "linkage".
Namun dengan apex bank, mekanisme kerja sama dengan BPR lebih terstruktur dan jelas. Selain dalam penyaluran kredit, kata Tatang, kerja sama juga dilakukan melalui sinergitas sektor securitas dan bantuan teknis agar kemampuan manajemen BPR lebih tangguh.
"Fungsi utamanya apex bank antara lain mendukung BPR baik likuiditas kredit, IT, inovasi produk, sistem perbankan dan lainnya," katanya.
Terkait perkembangan pembahasan di Bank Indonesia untuk apex bank bagi BPD, menurut Tatang, pihaknya masih menunggu karena masih ada sejumlah pembahasan teknis dan analisa terkait mekanisme yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
"Tujuan dari apex bank ini jelas agar menguntungkan dan memberi nilai tambah bagi kedua belah pihak. BPR bisa terbantu ekspansi dan penetrasi kreditnya, sedang di sisi lain bank induk ada keuntungan," kata Tatang.
Terkait produk kredit yang bisa digarap dengan BPR, menurut dia, sangat memungkinkan dalam program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit mikro sepertihalnya linkage program yang telah terjalin dengan sejumlah BPR dan lembaga keuangan dalam rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Mengenai kondisi BPR di Jawa Barat, menurut Tatang, cukup kondusif dan membaik. Sejumlah BPR swasta di Jabar berkembang, serta sejumlah BPR milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga semakin baik serta melakukan konsolidasi.
Di lain pihak, Bank BJB tengah mempersiapkan penanggungjawab program apex bank serta mempersiapkan aspek penguatan sistem dan pelatihan SDM.
"Divisi Mikro dan Manajemen Anak Perusahaan (MAP) tengah dipertimbangkan untuk menanganinya, kami masih menggodok. Diharapkan setelah ada keputusan hasil analisa dari Bank Indonesia kami bisa segera menindaklanjutinya," kata Direktur Konsumen Bank BJB itu menambahkan.
Berdasarkan data Bank Indonesia Bandung, jumlah BPR di Jawa Barat saat ini 234 unit dengan total aset senilai Rp8,7 triliun meningkat 23 persen dari posisi Desember 2010.
Penghimpunan dana pihak ketiga BPR di Jabar Banten meningkat 23,1 persen menjadi Rp6,3 triliun dan pembiayaan meningkat 29,1 persen menjadi Rp6,2 triliun.
Sementara itu, Pimpinan Bank Indonesia Bandung, Lucky Fathul Azis, menyebutkan pembahasan dan analisa apex bank di Jawa Barat ditargetkan tuntas sebelum akhir 2011.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
"Pada prinsipnya kami siap menjadi bank induk BPR, kami menunggu hasil kajian dari Bank Indonesia terkait menaknismenya. Bila BI memberikan lampu hijau, maka tidak ada masalah program itu digulirkan," kata Direktur Konsumer Bank BJB, Tatang Sumarna, di Bandung, Minggu.
Ia menyebutkan, pihaknya memiliki likuiditas yang cukup untuk bergerak sebagai apex bank atau bank induk BPR di provinsi itu.
Tatang menyebutkan, kerja sama dengan BPR sebenarnya bukan yang pertama bagi bank yang berkantor pusat di Jalan Naripan Kota Bandung itu karena sebelumnya sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah BPR dalam program "linkage".
Namun dengan apex bank, mekanisme kerja sama dengan BPR lebih terstruktur dan jelas. Selain dalam penyaluran kredit, kata Tatang, kerja sama juga dilakukan melalui sinergitas sektor securitas dan bantuan teknis agar kemampuan manajemen BPR lebih tangguh.
"Fungsi utamanya apex bank antara lain mendukung BPR baik likuiditas kredit, IT, inovasi produk, sistem perbankan dan lainnya," katanya.
Terkait perkembangan pembahasan di Bank Indonesia untuk apex bank bagi BPD, menurut Tatang, pihaknya masih menunggu karena masih ada sejumlah pembahasan teknis dan analisa terkait mekanisme yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
"Tujuan dari apex bank ini jelas agar menguntungkan dan memberi nilai tambah bagi kedua belah pihak. BPR bisa terbantu ekspansi dan penetrasi kreditnya, sedang di sisi lain bank induk ada keuntungan," kata Tatang.
Terkait produk kredit yang bisa digarap dengan BPR, menurut dia, sangat memungkinkan dalam program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit mikro sepertihalnya linkage program yang telah terjalin dengan sejumlah BPR dan lembaga keuangan dalam rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Mengenai kondisi BPR di Jawa Barat, menurut Tatang, cukup kondusif dan membaik. Sejumlah BPR swasta di Jabar berkembang, serta sejumlah BPR milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga semakin baik serta melakukan konsolidasi.
Di lain pihak, Bank BJB tengah mempersiapkan penanggungjawab program apex bank serta mempersiapkan aspek penguatan sistem dan pelatihan SDM.
"Divisi Mikro dan Manajemen Anak Perusahaan (MAP) tengah dipertimbangkan untuk menanganinya, kami masih menggodok. Diharapkan setelah ada keputusan hasil analisa dari Bank Indonesia kami bisa segera menindaklanjutinya," kata Direktur Konsumen Bank BJB itu menambahkan.
Berdasarkan data Bank Indonesia Bandung, jumlah BPR di Jawa Barat saat ini 234 unit dengan total aset senilai Rp8,7 triliun meningkat 23 persen dari posisi Desember 2010.
Penghimpunan dana pihak ketiga BPR di Jabar Banten meningkat 23,1 persen menjadi Rp6,3 triliun dan pembiayaan meningkat 29,1 persen menjadi Rp6,2 triliun.
Sementara itu, Pimpinan Bank Indonesia Bandung, Lucky Fathul Azis, menyebutkan pembahasan dan analisa apex bank di Jawa Barat ditargetkan tuntas sebelum akhir 2011.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011