Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (MA) Aco Nur mengungkapkan, Jawa Barat menempati jumlah tertinggi kasus perceraian selama pandemi.

"Yang banyak Jawa Barat, kemudian Jawa Timur," kata Aco Nur saat menghadiri peresmian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) secara daring di Pengadilan Agama Jakarta Barat, Kembangan, Jumat.

Namun demikian, Aco tidak menjelaskan secara detail jumlah kasus perceraian di Provinsi Jawa Barat dan perbandingannya dengan provinsi lain.

Namun, menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kasus perceraian selama pandemi COVID-19. Salah satunya, yakni masalah perekonomian.

Banyak bahtera rumah tangga yang goyah karena kebutuhan ekonomi tidak tercukupi dengan baik. "Banyak yang diputus pekerjaan sehingga mungkin jadi salah satu pemicu orang bercerai," kata Aco.



Tidak hanya karena ekonomi, dia juga menilai sosial media juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian.

Menurut dia, banyak media sosial yang mengumbar masalah rumah tangga orang hingga akhirnya bercerai.

Hal tersebut yang memicu warga lain tergerak untuk bercerai lantaran dianggap sebagai solusi dari masalah dalam rumah tangga.

Dia berharap masyarakat bisa lebih bijak menggunakan sosial media sehingga tidak memicu adanya perpecahan dalam rumah tangga.

"Saya harap permasalahan yang mengakibatkan dan memancing mereka untuk melakukan itu diminimalkan. Kesadaran hidup itu ada tantangan bukan menjadi faktor rumah tangga terpecah," kata Aco Nur.

Baca juga: Program "21-25 Keren" solusi Jawa Barat tekan angka perceraian masa pandemi

Baca juga: Kasus perceraian di Cirebon capai 1.000 perkara dalam sebulan

Baca juga: Wali kota katakan ada 5.000 perkara perceraian di Bandung

Pewarta: Walda Marison

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021