Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Kang Emil mengajak pelaku usaha tetap menjaga optimistis untuk memulihkan perekonomian, terlebih saat ini dihadapkan dengan dua disrupsi, yakni revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19.
"Saya ingin mengajak kawan-kawan untuk optimistis," ujarnya saat Dialog Pemulihan Ekonomi Jawa Barat yang dilakukan secara virtual dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat.
Menurut dia, saat ini satu disrupsi yakni pandemi COVID-19 sudah berangsur membaik. Hal ini terlihat dari beberapa indikator penanganan COVID-19 yang mulai membaik.
Sebagai salah satu contohnya adalah tingkat keterisian kamar tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit untuk COVID-19 yang kini berada di angka enam persen.
Sebelumnya, angka BOR RS untuk COVID-19 pernah mencapai 91 persen pada saat varian Delta masuk ke Indonesia.
"Saya sangat bersyukur, tapi juga harus tetap waspada sampai betul-betul COVID-19 mereda," kata Kang Emil.
Dari sisi makro juga, ekonomi Jabar menunjukkan tanda-tanda positif. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 tumbuh 6,13 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Dari sisi ekspor juga, Jabar tercatat sebesar 21,556 miliar dolar pada periode Januari hingga Agustus 2021. Angka ini setara dengan 15,18 persen dari total ekspor Indonesia dan menjadikan Jawa Barat juara pertama dari sisi ekspor.
Sementara itu, investasi Jawa Barat juga menjadi yang paling tinggi di Indonesia. Adapun penanaman modal asing (PMA) Jawa Barat mencapai 1,5 miliar dolar atau 19,85 persen dari total realisasi PMA Indonesia.
"Problem pertama baru selesai yaitu serangan varian Delta yang memutus interaksi fisik, baru minggu-minggu ini berhasil kita kendalikan, sehingga pertemuan tatap muka, fisik interaksi sosial akan kita perbaiki," kata dia.
Kang Emil berpesan pelaku usaha untuk membuat daftar apa saja yang mempengaruhi ekonomi Jabar akibat pandemi. Daftar tersebut kemudian digolongkan berdasarkan kewenangan dan lingkup permasalahannya.
Urutan pertama adalah masalah ekonomi yang diakibatkan oleh isu global. Daftar permasalahan yang berkaitan dengan isu global tersebut kemudian akan disampaikan kepada para duta besar Indonesia di negara lain.
Urutan kedua adalah masalah ekonomi yang berasal dari isu nasional. Nantinya, permasalahan ini akan dibawanya untuk disampaikan kepada stakeholders berkaitan.
Kemudian, permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan pemerintah provinsi.
Untuk permasalahan ini, katanya, dirinya bisa langsung melakukan keputusan sebagai salah satu contohnya adalah yang berkaitan dengan kebijakan relaksasi pajak kendaraan bermotor.
Urutan terakhir adalah permasalahan yang berkaitan dengan regional.
Dalam hal ini, lanjutnya, dirinya juga bisa ikut membantu dengan cara memberikan instruksi kepada bupati dan wali kota.
Terkait dengan disrupsi akibat revolusi industri 4.0, kata Kang Emil, memang ada beberapa pekerjaan yang akan hilang. Namun, akan ada banyak juga pekerjaan baru yang akan muncul.
"Kita mengalami dua disrupsi. Disrupsi pertama itu belum dipahami dan belum selesai, yaitu disrupsi 4.0. Disrupsi 4.0 masih kita telaah, akan hilang 73 juta pekerjaan, tapi juga akan hadir 150 juta pekerjaan baru," tambahnya.
Oleh karena itu, Gubernur meminta seluruh pihak mulai memakai cara berpikir baru dalam menghadapi dua disrupsi ini.
"Saya menduga jangan-jangan momentum sudah berubah. Saya titip mana yang analisa masih pakai logika lama. Seolah-olah tidak ada 4.0 dan COVID-19," kata Kang Emil.
Baca juga: Pemulihan ekonomi Jawa Barat melalui genjot daya beli dan pengeluaran pemerintah
Baca juga: Ridwan Kamil: Jawa Barat berkontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi RI
Baca juga: Pembangunan Pasar Cisarua percepat pemulihan ekonomi, kata DPRD Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Saya ingin mengajak kawan-kawan untuk optimistis," ujarnya saat Dialog Pemulihan Ekonomi Jawa Barat yang dilakukan secara virtual dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat.
Menurut dia, saat ini satu disrupsi yakni pandemi COVID-19 sudah berangsur membaik. Hal ini terlihat dari beberapa indikator penanganan COVID-19 yang mulai membaik.
Sebagai salah satu contohnya adalah tingkat keterisian kamar tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit untuk COVID-19 yang kini berada di angka enam persen.
Sebelumnya, angka BOR RS untuk COVID-19 pernah mencapai 91 persen pada saat varian Delta masuk ke Indonesia.
"Saya sangat bersyukur, tapi juga harus tetap waspada sampai betul-betul COVID-19 mereda," kata Kang Emil.
Dari sisi makro juga, ekonomi Jabar menunjukkan tanda-tanda positif. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 tumbuh 6,13 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Dari sisi ekspor juga, Jabar tercatat sebesar 21,556 miliar dolar pada periode Januari hingga Agustus 2021. Angka ini setara dengan 15,18 persen dari total ekspor Indonesia dan menjadikan Jawa Barat juara pertama dari sisi ekspor.
Sementara itu, investasi Jawa Barat juga menjadi yang paling tinggi di Indonesia. Adapun penanaman modal asing (PMA) Jawa Barat mencapai 1,5 miliar dolar atau 19,85 persen dari total realisasi PMA Indonesia.
"Problem pertama baru selesai yaitu serangan varian Delta yang memutus interaksi fisik, baru minggu-minggu ini berhasil kita kendalikan, sehingga pertemuan tatap muka, fisik interaksi sosial akan kita perbaiki," kata dia.
Kang Emil berpesan pelaku usaha untuk membuat daftar apa saja yang mempengaruhi ekonomi Jabar akibat pandemi. Daftar tersebut kemudian digolongkan berdasarkan kewenangan dan lingkup permasalahannya.
Urutan pertama adalah masalah ekonomi yang diakibatkan oleh isu global. Daftar permasalahan yang berkaitan dengan isu global tersebut kemudian akan disampaikan kepada para duta besar Indonesia di negara lain.
Urutan kedua adalah masalah ekonomi yang berasal dari isu nasional. Nantinya, permasalahan ini akan dibawanya untuk disampaikan kepada stakeholders berkaitan.
Kemudian, permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan pemerintah provinsi.
Untuk permasalahan ini, katanya, dirinya bisa langsung melakukan keputusan sebagai salah satu contohnya adalah yang berkaitan dengan kebijakan relaksasi pajak kendaraan bermotor.
Urutan terakhir adalah permasalahan yang berkaitan dengan regional.
Dalam hal ini, lanjutnya, dirinya juga bisa ikut membantu dengan cara memberikan instruksi kepada bupati dan wali kota.
Terkait dengan disrupsi akibat revolusi industri 4.0, kata Kang Emil, memang ada beberapa pekerjaan yang akan hilang. Namun, akan ada banyak juga pekerjaan baru yang akan muncul.
"Kita mengalami dua disrupsi. Disrupsi pertama itu belum dipahami dan belum selesai, yaitu disrupsi 4.0. Disrupsi 4.0 masih kita telaah, akan hilang 73 juta pekerjaan, tapi juga akan hadir 150 juta pekerjaan baru," tambahnya.
Oleh karena itu, Gubernur meminta seluruh pihak mulai memakai cara berpikir baru dalam menghadapi dua disrupsi ini.
"Saya menduga jangan-jangan momentum sudah berubah. Saya titip mana yang analisa masih pakai logika lama. Seolah-olah tidak ada 4.0 dan COVID-19," kata Kang Emil.
Baca juga: Pemulihan ekonomi Jawa Barat melalui genjot daya beli dan pengeluaran pemerintah
Baca juga: Ridwan Kamil: Jawa Barat berkontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi RI
Baca juga: Pembangunan Pasar Cisarua percepat pemulihan ekonomi, kata DPRD Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021