Ciamis, 4/4 (ANTARA) - Bencana gempa yang terjadi di laut Cilacap, Jawa Tengah, membuat para nelayah di Kabupten Ciamis, Jawa Barat, tidak berani melaut melainkan berlarian ke tempat pengungsian menjauhi kawasan pantai.
"Mereka pada lari ke tempat pengungsian karena BMG menetapkan berpotensi tsunami," kata Ketua Himpunan Nelayan Se-Indonesia, Kabupaten Ciamis, Jeje Wiradinata, saat dihubungi ANTARA, Senin pagi.
Para nelayan Ciamis, kata Jeje, biasa melaut sekitar pukul 04.00 WIB, namun peristiwa gempa yang terjadi sekitar pukul 03.00 WIB mengurungkan semua nelayan untuk melaut dan memilih menyelamatkan diri menjauhi pantai.
Laut Ciamis berbatasan dengan wilayah laut Cilacap itu, kata Jeje, membuat nelayan masih ketakutan untuk melaut karena khawatir akan mengancam keselamatan mereka ketika sedang berada ditengah lautan.
"Biasanya jam 4 mereka melaut, tapi kini tidak melaut karena ada gempa. Mereka lebih memilih mengungsi ke tempat aman," katanya.
Menjelang Senin pagi, kata Jeje, para nelayan sudah kembali ke rumahnya masing-masing di sekitar pantai Pangandaran, namun tetap tidak berani melaut meskipun kondisi gelombang laut tampak normal.
Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis, katanya, yang tercatat dalam kepengurusan HNSI sekitar 15 ribuan orang dari tiga ribuan kapal yang terssebar di laut Ciamis selatan.
Akibat tidak melaut pasca gempa, menurut dia, membuat mereka tidak punya pendapatan, ditambah hasil tangkapan ikan laut beberapa hari sebelumnya tidak terlalu banyak.
"Beberapa hari ini lagi paceklik," kata Jeje.
Sementara itu guncangan gempa Cilacap berkeuatan 7,1 SR terjadi pukul 03.06 WIB, masyarakat dan wisatawan Pantai Pangandaran berhamburan keluar rumah dan hotel karena panik.
Bahkan mereka menjauhi kawasan pantai menuju tempat dataran tinggi dan sebagian berkumpul di masjid Agung yang berada di sekitar bunderan jalan pintu utama masuk objek wisata Pangandaran.
"Masyarakat semua berkumpul di masjid agung yang berada di bunderan jalan. Saat itu di pantai sepi, hanya petugas yang berpatroli saja meninjau kondisi laut," kata petugas Balawisata pantai Pangandaran, Asep Udel.
Setelah mendapatkan kabar kondisi laut Pangandaran aman dari ancaman tsunami, warga yang sebelumnya panik kembali ke rumahnya masing-masing sekitar pukul 07.00 WIB.
Para wisatawan juga kembali ke kamar hotelnya masing-masing dan masyarakat kembali beraktivitas pagi seperti biasanya.
"Kondisi gelombang laut aman normal, masyarakat sudah kembali lagi ke rumahnya, anak-anak juga sudah berangkat ke sekolah," kata Asep.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
"Mereka pada lari ke tempat pengungsian karena BMG menetapkan berpotensi tsunami," kata Ketua Himpunan Nelayan Se-Indonesia, Kabupaten Ciamis, Jeje Wiradinata, saat dihubungi ANTARA, Senin pagi.
Para nelayan Ciamis, kata Jeje, biasa melaut sekitar pukul 04.00 WIB, namun peristiwa gempa yang terjadi sekitar pukul 03.00 WIB mengurungkan semua nelayan untuk melaut dan memilih menyelamatkan diri menjauhi pantai.
Laut Ciamis berbatasan dengan wilayah laut Cilacap itu, kata Jeje, membuat nelayan masih ketakutan untuk melaut karena khawatir akan mengancam keselamatan mereka ketika sedang berada ditengah lautan.
"Biasanya jam 4 mereka melaut, tapi kini tidak melaut karena ada gempa. Mereka lebih memilih mengungsi ke tempat aman," katanya.
Menjelang Senin pagi, kata Jeje, para nelayan sudah kembali ke rumahnya masing-masing di sekitar pantai Pangandaran, namun tetap tidak berani melaut meskipun kondisi gelombang laut tampak normal.
Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis, katanya, yang tercatat dalam kepengurusan HNSI sekitar 15 ribuan orang dari tiga ribuan kapal yang terssebar di laut Ciamis selatan.
Akibat tidak melaut pasca gempa, menurut dia, membuat mereka tidak punya pendapatan, ditambah hasil tangkapan ikan laut beberapa hari sebelumnya tidak terlalu banyak.
"Beberapa hari ini lagi paceklik," kata Jeje.
Sementara itu guncangan gempa Cilacap berkeuatan 7,1 SR terjadi pukul 03.06 WIB, masyarakat dan wisatawan Pantai Pangandaran berhamburan keluar rumah dan hotel karena panik.
Bahkan mereka menjauhi kawasan pantai menuju tempat dataran tinggi dan sebagian berkumpul di masjid Agung yang berada di sekitar bunderan jalan pintu utama masuk objek wisata Pangandaran.
"Masyarakat semua berkumpul di masjid agung yang berada di bunderan jalan. Saat itu di pantai sepi, hanya petugas yang berpatroli saja meninjau kondisi laut," kata petugas Balawisata pantai Pangandaran, Asep Udel.
Setelah mendapatkan kabar kondisi laut Pangandaran aman dari ancaman tsunami, warga yang sebelumnya panik kembali ke rumahnya masing-masing sekitar pukul 07.00 WIB.
Para wisatawan juga kembali ke kamar hotelnya masing-masing dan masyarakat kembali beraktivitas pagi seperti biasanya.
"Kondisi gelombang laut aman normal, masyarakat sudah kembali lagi ke rumahnya, anak-anak juga sudah berangkat ke sekolah," kata Asep.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011