Mahasiswa doktoral Sekolah Pascasarjana IPB University Atang Trisnanto, M.Si yang sedang melakukan penelitian ekowisata menyatakan bahwa wisata halal adalah konsep pariwisata futuristik.

"Karena ada perubahan trend bahwa pariwisata masa depan itu adalah 'family tourism' dan 'friendly tourism', dan tidak lagi hanya sekadar 'fun tourism' atau kesenangan berwisata semata," kata mahasiswa S3 Program Doktor Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan IPB itu kepada ANTARA di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Karena itu, kata dia, sebagai satu konsep wisata futuristik ke depan, maka hal itu yang akan bisa menjawab sebuah kebutuhan pariwisata di masa masa yang akan datang.

Ia mengakui bahwa selama ini, meski kini sudah tidak menjadi perdebatan yang sengit, masih ada yang mengartikan wisata halal sebagai sebuah konsep Islamisasi regulasi ataupun Islamisasi konsep.

"Padahal wisata halal ini perlu dipahami sebagai sebuah konsep untuk menghadirkan keterpaduan sistem pariwisata yang bersih (clean), sehat (health), aman (safety) dan juga nyaman (comfort)," kata Atang yang saat ini juga Ketua DPRD Kota Bogor itu.

Keterpaduan sistem pariwisata itulah, kata dia, yang dalam konteks halal dimaksud, yakni memastikan bahwa tempatnya bersih, makanannya bersih juga sehat.

Menurut dia dengan bergesernya saat ini, yakni orang berwisata bersama dengan keluarga, teman dan komunitas, ini akan menjadi tantangan yang menarik ke depan, di mana konsep wisata halal ini bisa dikuatkan.

"Tinggal pekerjaan rumah yang kemudian perlu dikuatkan lagi adalah bagaimana konsep wisata halal ini melibatkan banyak pihak. terutama adalah masyarakat kelas bawah," katanya.

"Sehingga jangan sampai konsep dan pengelolaannya hanya didominasi oleh pembuat regulasi pemerintah itu sendiri ataupun korporasi besar yang memang punya modal," tambah Direktur Eksekutif National Food Security Studies, dan pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian (Mentan) itu.
 
Ketua DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Atang Trisnanto, S.Hut, M.Si. (FOTO ANTARA/HO-FAI)



Optimalkan karakteristik

Khusus untuk Kota Bogor, Atang melihat bahwa Bogor merupakan suatu kota yang semua sektornya mengandalkan sektor jasa wisata dan perdagangan.

Ia menjelaskan hampir 70 persen pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor ini berasal dari sektor jasa, sehingga mau tidak mau, dan juga ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kota Bogor membangun satu konsep sebagai kota dan jasa wisata, yang bisa menarik berbagai kunjungan dari masyarakat, baik domestik maupun internasional masuk ke "Kota Hujan" ini.

Untuk bisa mendapatkan pelayanan "hospitality"-nya, kata dia, ada enam kecamatan, di mana memiliki banyak karakteristik yang berbeda-b,eda.

Contohnya, untuk kawasan Bogor selatan dengan agrikulturnya, yakni pertanian dan perkebunan. Kemudian di pusat kota, yakni Bogor Tengah dan Bogor Timur itu lebih kepada kultur, yakni tradisi maupun budaya.

Sementara di kecamatan lain juga unggul di alamnya seperti di Bogor Barat ada Danau Situ Gede dan Bogor "forest park".

"Saya kira, karakteristik dan potensi ini bisa kita padukan bahwa dengan konsep wisata halal, orang ketika mau datang ke Bogor dia mengatakan saya aman, nyaman, sehat dan bersih," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM)-IPB dan Presiden BEM se-Jabodetabek 2001-2002 itu.

Ia menambahkan semua yang ada itu, yakni karakteristik dan potensi yang ada bisa diintegrasikan untuk mengelola satu wilayah "disulap" menjadi wilayah yang menarik.

"Itu perlu kapital besar barangkali iya, tapi untuk menjadikan tempat wisata itu nyaman, sehat, bersih dan aman tentu harus dibuat satu wilayah atau daerah yang memang ramah terhadap wisatawan," demikian Atang Trisnanto.

Baca juga: MUI sebut peredaran miras kontraproduktif dengan wisata halal

Baca juga: Kabupaten Bogor gandeng Institut Tazkia bentuk konsep wisata halal

Baca juga: Jawa Barat terpilih terima penghargaan destinasi wisata halal terfavorit

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021