Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis ditutup melemah, didominasi sentimen tapering atau pengetatan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
IHSG ditutup melemah 55,16 poin atau 0,9 persen ke posisi 6.058,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 7,97 poin atau 0,93 persen ke posisi 850,21.
"Dari dalam negeri, tekanan pada IHSG pada perdagangan hari ini seiring dengan pergerakan mayoritas pasar saham Asia yang didominasi sentimen negatif terkait tapering bank sentral Amerika dan juga bertambahnya jumlah kasus baru Virus Corona di Thailand, Korea Selatan, dan India," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Penurunan tax ratio terendah selama 20 tahun terakhir menjadi perhatian pelaku pasar. Hal itu mengacu pada pertumbuhan rata-rata tax ratio dalam lima tahun terakhir yang mencapai 5 persen per tahun.
Tekanan pandemi memberikan peluang terhadap raihan pajak tahun ini yang dinilai belum dapat mencapai target. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran terkait pendanaan APBN pada 2022 yang berpotensi menghadapi hambatan.
Pergerakan pasar saham Asia sendiri bergerak melemah seiringan dengan pengetatan regulasi China untuk industri swasta yang menjadi kekhawatiran investor.
Bank of Korea (BOK) menurunkan keputusan kebijakan terbarunya dengan Korea Selatan menjadi ekonomi utama Asia pertama yang menaikkan suku bunga sejak COVID-19 dimulai.
Suku bunga BOK untuk Agustus adalah 0,75 persen, naik 25 bps dari sebelumnya 0,5 persen dan jauh dari ekspektasi. Hal itu memunculkan kekhawatiran bagi pelaku pasar terhadap potensi naiknya suku bunga acuan pada bank sentral khususnya di Asia.
Dibuka melemah, IHSG terus berada di zona merah penutupan sesi pertama perdagangan. Pada sesi kedua IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif hingga penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor terkoreksi dengan sektor keuangan turun paling dalam yaitu 1,27 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor barang baku masing-masing turun 1,16 persen dan 1,15 persen.
Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor teknologi dan sektor energi masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,01 persen.
Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp274,73 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.330.078 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 22,33 miliar lembar saham senilai Rp11,19 triliun. Sebanyak 187 saham naik, 333 saham menurun, dan 135 tidak bergerak nilainya.
Sementara itu bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 17,49 poin atau 0,06 persen ke 27.742,29, Indeks Hang Seng turun 278,26 poin atau 1,08 persen ke 25.415,69, dan Indeks Straits Times meningkat 1,93 poin atau 0,06 persen ke 3.109,42.
Baca juga: IHSG BEI terkoreksi seiring pelemahan bursa saham kawasan
Baca juga: IHSG Kamis pagi dibuka melemah 6,2 poin
Baca juga: IHSG BEI ditutup menguat seiring aksi beli asing
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
IHSG ditutup melemah 55,16 poin atau 0,9 persen ke posisi 6.058,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 7,97 poin atau 0,93 persen ke posisi 850,21.
"Dari dalam negeri, tekanan pada IHSG pada perdagangan hari ini seiring dengan pergerakan mayoritas pasar saham Asia yang didominasi sentimen negatif terkait tapering bank sentral Amerika dan juga bertambahnya jumlah kasus baru Virus Corona di Thailand, Korea Selatan, dan India," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Penurunan tax ratio terendah selama 20 tahun terakhir menjadi perhatian pelaku pasar. Hal itu mengacu pada pertumbuhan rata-rata tax ratio dalam lima tahun terakhir yang mencapai 5 persen per tahun.
Tekanan pandemi memberikan peluang terhadap raihan pajak tahun ini yang dinilai belum dapat mencapai target. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran terkait pendanaan APBN pada 2022 yang berpotensi menghadapi hambatan.
Pergerakan pasar saham Asia sendiri bergerak melemah seiringan dengan pengetatan regulasi China untuk industri swasta yang menjadi kekhawatiran investor.
Bank of Korea (BOK) menurunkan keputusan kebijakan terbarunya dengan Korea Selatan menjadi ekonomi utama Asia pertama yang menaikkan suku bunga sejak COVID-19 dimulai.
Suku bunga BOK untuk Agustus adalah 0,75 persen, naik 25 bps dari sebelumnya 0,5 persen dan jauh dari ekspektasi. Hal itu memunculkan kekhawatiran bagi pelaku pasar terhadap potensi naiknya suku bunga acuan pada bank sentral khususnya di Asia.
Dibuka melemah, IHSG terus berada di zona merah penutupan sesi pertama perdagangan. Pada sesi kedua IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif hingga penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor terkoreksi dengan sektor keuangan turun paling dalam yaitu 1,27 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor barang baku masing-masing turun 1,16 persen dan 1,15 persen.
Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor teknologi dan sektor energi masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,01 persen.
Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp274,73 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.330.078 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 22,33 miliar lembar saham senilai Rp11,19 triliun. Sebanyak 187 saham naik, 333 saham menurun, dan 135 tidak bergerak nilainya.
Sementara itu bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 17,49 poin atau 0,06 persen ke 27.742,29, Indeks Hang Seng turun 278,26 poin atau 1,08 persen ke 25.415,69, dan Indeks Straits Times meningkat 1,93 poin atau 0,06 persen ke 3.109,42.
Baca juga: IHSG BEI terkoreksi seiring pelemahan bursa saham kawasan
Baca juga: IHSG Kamis pagi dibuka melemah 6,2 poin
Baca juga: IHSG BEI ditutup menguat seiring aksi beli asing
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021