Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat berpotensi terkoreksi, seiring positifnya data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Rupiah dibuka menguat tipis satu poin atau 0,01 persen ke posisi Rp14.382 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.
"Akhir pekan ini sepertinya rupiah akan melemah karena kecenderungan penguatan dolar AS. Indeks dolar AS masih tinggi sedikit di bawah 93," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Menurut Rully, penguatan tersebut terutama karena memang data-data ekonomi AS cukup positif dan optimisme masih sangat tinggi, meski ada peningkatan COVID dari varian Delta. Vaksinasi di Negeri Paman Sam itu dinilai sudah cukup baik dan pandemi masih relatif terkendali.
"Data-data yang telah keluar saya rasa sudah cukup diantisipasi oleh The Fed dan The Fed cepat atau lambat pasti akan melakukan tapering," ujar Rully.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/8) bahwa klaim pengangguran sedikit menurun menjadi sebanyak 375.000 klaim pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus 387.000.
Sementara kenaikan inflasi harga konsumen AS berhenti pada Juli di level 5,4 persen (yoy) atau sesuai dengan ekspektasi pasar.
Terkait pandemi, jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air terus menurun di mana pada Kamis (12/8) mencapai 24.709 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 3,77 juta kasus.
Meski demikian, jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 masih relatif tinggi yaitu bertambah 1.466 kasus sehingga totalnya mencapai 113.644 kasus. Sementara itu, sebanyak 3,25 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif COVID-19 mencapai 412.7761 kasus.
Rully mengatakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.375 per dolar AS hingga Rp14.420 per dolar AS.
Pada Kamis (12/8) kemarin, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah stagnan seiring melandainya kasus COVID-19 domestik
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Rupiah dibuka menguat tipis satu poin atau 0,01 persen ke posisi Rp14.382 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.
"Akhir pekan ini sepertinya rupiah akan melemah karena kecenderungan penguatan dolar AS. Indeks dolar AS masih tinggi sedikit di bawah 93," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Menurut Rully, penguatan tersebut terutama karena memang data-data ekonomi AS cukup positif dan optimisme masih sangat tinggi, meski ada peningkatan COVID dari varian Delta. Vaksinasi di Negeri Paman Sam itu dinilai sudah cukup baik dan pandemi masih relatif terkendali.
"Data-data yang telah keluar saya rasa sudah cukup diantisipasi oleh The Fed dan The Fed cepat atau lambat pasti akan melakukan tapering," ujar Rully.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/8) bahwa klaim pengangguran sedikit menurun menjadi sebanyak 375.000 klaim pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus 387.000.
Sementara kenaikan inflasi harga konsumen AS berhenti pada Juli di level 5,4 persen (yoy) atau sesuai dengan ekspektasi pasar.
Terkait pandemi, jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air terus menurun di mana pada Kamis (12/8) mencapai 24.709 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 3,77 juta kasus.
Meski demikian, jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 masih relatif tinggi yaitu bertambah 1.466 kasus sehingga totalnya mencapai 113.644 kasus. Sementara itu, sebanyak 3,25 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif COVID-19 mencapai 412.7761 kasus.
Rully mengatakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.375 per dolar AS hingga Rp14.420 per dolar AS.
Pada Kamis (12/8) kemarin, rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.383 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah stagnan seiring melandainya kasus COVID-19 domestik
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021