Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), UNICEF, Wageningen University & Research, dan Sight and Life menerbitkan kompilasi penelitian tentang gizi remaja di Indonesia.
Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKUI Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dalam keterangan tertulisnya, Senin, mengatakan masalah gizi pada remaja merupakan langkah awal dan penting untuk mendapatkan generasi emas.
"Remaja kita katanya memiliki beban masalah gizi, selain anemia pada remaja putri, kurang energi kronik (KEK), dan obesitas. Tiga hal ini sama-sama tidak menguntungkan untuk generasi emas kita, karena (kelak) mereka akan menghasilkan bayi-bayi (keturunan) yang bermasalah," kata Prof Dwiana.
Ia berharap FKUI dapat memberikan masukan, rencana intervensi, serta penelitian lanjutan, untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif agar dapat memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia.
Dari hasil penelitian bersama tersebut, menunjukkan penurunan aktivitas fisik baik di dalam maupun di luar sekolah, gangguan pola makan, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dari luar rumah, dan buruknya keberagaman makanan, merupakan faktor yang berkontribusi pada tiga masalah gizi (triple burden of malnutrition) di kalangan remaja di Indonesia.
Ketiga masalah gizi tersebut adalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro dengan anemia.
Riset ini dilakukan oleh tim peneliti dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM dan Klaster Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI FKUI berkolaborasi dengan UNICEF, Wageningen University & Research (WUR), dan Sight and Life.
Hasil penelitian ini telah dipublikasi dalam sembilan artikel ilmiah internasional ternama, Food and Nutrition Bulletin (https://journals.sagepub.com/toc/fnba/42/1_suppl.), sebagai salah satu upaya mencari solusi mengatasi tiga masalah gizi tersebut yang dilakukan secara daring.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI dan HNRC IMERI FKUI, Jee Hyun Rah, MS, Ph.D dari UNICEF, dan Kesso Gabrielle van Zutphen, M.Sc dari Sight and Life.
Hasil penelitian Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi, Ketua Klaster HNRC IMERI, dan Staf Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, menyebutkan bahwa peningkatan masalah kegemukan atau obesitas pada remaja saat ini berada pada titik yang mengkhawatirkan.
Masa remaja merupakan fase yang sangat penting dalam membentuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi, namun, remaja sangat rentan terhadap risiko kekurangan gizi, kurangnya aktivitas fisik, pergaulan bebas, dan berbagai perilaku yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Saat ini, hanya sedikit penelitian, kebijakan, dan program yang ditargetkan guna mengatasi ketiga masalah gizi di Indonesia, khususnya bagi remaja. Sebenarnya, Indonesia mengambil langkah besar untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan masalah anemia pada remaja putri, tetapi kesenjangan besar tetap ada dalam pemahaman tentang gizi remaja di Indonesia.
Terutama, pada faktor penentu ketiga masalah gizi ini, intervensi berbasis bukti yang didukung dengan implementasi dan evaluasi skala besar, serta platform penyampaian yang efektif untuk menjangkau remaja yang paling rentan.
Selanjutnya, hasil penelitian Dr. Rina Agustina FKUI dan kawan-kawan menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pengetahuan, sikap, dan praktik terkait anemia pada remaja putri dengan parameter tinggi menurut umur, akan tetapi tidak ditemukan berhubungan dengan anemia itu sendiri.
"Sehingga, temuan ini menekankan perlunya kebijakan untuk menjalankan strategi promosi kesehatan, yang berkontribusi pada peningkatan pemahaman tentang anemia dan kaitan antara kejadian anemia pada pertumbuhan linier di kalangan remaja putri," ujar Dr. Rina.
Penelitian tersebut menekankan pentingnya menempatkan remaja sebagai pusat dari pengembangan rencana, strategi, dan kebijakan di bidang kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk rencana intervensi dan penelitian lanjut untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif, guna memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya remaja di Indonesia.
Chief Nutrition UNICEF Indonesia Jee-Hyun Rah mengatakan remaja putri dan putra di Indonesia saat ini menghadapi krisis gizi. Satu dari empat remaja mengalami stunting, satu dari tujuh kelebihan berat badan atau obesitas, dan hampir seperempat remaja putri mengalami anemia.
"Kumpulan 9 artikel yang termasuk dalam edisi ini menyajikan kesempatan emas untuk memajukan pemahaman kita mengenai berbagai masalah gizi remaja dan memperkuat pendekatan berbasis bukti untuk memperbaiki gizi remaja di Indonesia," ucapnya.
Pada penelitian ini ditemukan fakta, status sosial dan kesenjangan kehidupan di perkotaan dan pedesaan merupakan faktor risiko terhadap timbulnya masalah gizi. Selain itu, persepsi citra tubuh juga menjadi prediktor penting yang memengaruhi perilaku makan dan aktivitas fisik mereka.
Strategi komunikasi perubahan perilaku yang efektif guna mempromosikan perilaku makan sehat dan aktivitas fisik, perlu menyertakan pesan yang mendorong citra tubuh yang positif dengan mempertimbangkan aspek gender di kalangan remaja.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kaya zat besi dan vitamin A dengan prevalensi anemia.
Sementara itu Dekan FKUI Prof. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan FKUI sebagai institusi pendidikan kedokteran ternama di Indonesia dengan salah satu misinya untuk mencari akar permasalahan seputar masalah gizi pada remaja, mendorong para peneliti untuk melakukan eksplorasi atas permasalahan yang terjadi.
Sehingga, lanjut dia, langkah dan strategi penanganan yang tepat dapat dipersiapkan. Masukan ini tentu sangat berharga untuk mengatasi permasalahan gizi remaja, karena masa depan bangsa dan negara ada pada para remaja ini.
Baca juga: PKK Jabar: Penanganan pandemi jangan lupakan soal gizi dan "stunting"
Baca juga: Gerakan sarapan sehat untuk cetak generasi berkualitas
Baca juga: Saran Dokter Gizi saat konsumsi mi instan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKUI Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dalam keterangan tertulisnya, Senin, mengatakan masalah gizi pada remaja merupakan langkah awal dan penting untuk mendapatkan generasi emas.
"Remaja kita katanya memiliki beban masalah gizi, selain anemia pada remaja putri, kurang energi kronik (KEK), dan obesitas. Tiga hal ini sama-sama tidak menguntungkan untuk generasi emas kita, karena (kelak) mereka akan menghasilkan bayi-bayi (keturunan) yang bermasalah," kata Prof Dwiana.
Ia berharap FKUI dapat memberikan masukan, rencana intervensi, serta penelitian lanjutan, untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif agar dapat memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia.
Dari hasil penelitian bersama tersebut, menunjukkan penurunan aktivitas fisik baik di dalam maupun di luar sekolah, gangguan pola makan, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dari luar rumah, dan buruknya keberagaman makanan, merupakan faktor yang berkontribusi pada tiga masalah gizi (triple burden of malnutrition) di kalangan remaja di Indonesia.
Ketiga masalah gizi tersebut adalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro dengan anemia.
Riset ini dilakukan oleh tim peneliti dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM dan Klaster Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI FKUI berkolaborasi dengan UNICEF, Wageningen University & Research (WUR), dan Sight and Life.
Hasil penelitian ini telah dipublikasi dalam sembilan artikel ilmiah internasional ternama, Food and Nutrition Bulletin (https://journals.sagepub.com/toc/fnba/42/1_suppl.), sebagai salah satu upaya mencari solusi mengatasi tiga masalah gizi tersebut yang dilakukan secara daring.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI dan HNRC IMERI FKUI, Jee Hyun Rah, MS, Ph.D dari UNICEF, dan Kesso Gabrielle van Zutphen, M.Sc dari Sight and Life.
Hasil penelitian Dr. dr. Rina Agustina, M. Gizi, Ketua Klaster HNRC IMERI, dan Staf Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, menyebutkan bahwa peningkatan masalah kegemukan atau obesitas pada remaja saat ini berada pada titik yang mengkhawatirkan.
Masa remaja merupakan fase yang sangat penting dalam membentuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi, namun, remaja sangat rentan terhadap risiko kekurangan gizi, kurangnya aktivitas fisik, pergaulan bebas, dan berbagai perilaku yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Saat ini, hanya sedikit penelitian, kebijakan, dan program yang ditargetkan guna mengatasi ketiga masalah gizi di Indonesia, khususnya bagi remaja. Sebenarnya, Indonesia mengambil langkah besar untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan masalah anemia pada remaja putri, tetapi kesenjangan besar tetap ada dalam pemahaman tentang gizi remaja di Indonesia.
Terutama, pada faktor penentu ketiga masalah gizi ini, intervensi berbasis bukti yang didukung dengan implementasi dan evaluasi skala besar, serta platform penyampaian yang efektif untuk menjangkau remaja yang paling rentan.
Selanjutnya, hasil penelitian Dr. Rina Agustina FKUI dan kawan-kawan menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pengetahuan, sikap, dan praktik terkait anemia pada remaja putri dengan parameter tinggi menurut umur, akan tetapi tidak ditemukan berhubungan dengan anemia itu sendiri.
"Sehingga, temuan ini menekankan perlunya kebijakan untuk menjalankan strategi promosi kesehatan, yang berkontribusi pada peningkatan pemahaman tentang anemia dan kaitan antara kejadian anemia pada pertumbuhan linier di kalangan remaja putri," ujar Dr. Rina.
Penelitian tersebut menekankan pentingnya menempatkan remaja sebagai pusat dari pengembangan rencana, strategi, dan kebijakan di bidang kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk rencana intervensi dan penelitian lanjut untuk melahirkan rekomendasi program yang efektif, guna memperbaiki masalah kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya remaja di Indonesia.
Chief Nutrition UNICEF Indonesia Jee-Hyun Rah mengatakan remaja putri dan putra di Indonesia saat ini menghadapi krisis gizi. Satu dari empat remaja mengalami stunting, satu dari tujuh kelebihan berat badan atau obesitas, dan hampir seperempat remaja putri mengalami anemia.
"Kumpulan 9 artikel yang termasuk dalam edisi ini menyajikan kesempatan emas untuk memajukan pemahaman kita mengenai berbagai masalah gizi remaja dan memperkuat pendekatan berbasis bukti untuk memperbaiki gizi remaja di Indonesia," ucapnya.
Pada penelitian ini ditemukan fakta, status sosial dan kesenjangan kehidupan di perkotaan dan pedesaan merupakan faktor risiko terhadap timbulnya masalah gizi. Selain itu, persepsi citra tubuh juga menjadi prediktor penting yang memengaruhi perilaku makan dan aktivitas fisik mereka.
Strategi komunikasi perubahan perilaku yang efektif guna mempromosikan perilaku makan sehat dan aktivitas fisik, perlu menyertakan pesan yang mendorong citra tubuh yang positif dengan mempertimbangkan aspek gender di kalangan remaja.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kaya zat besi dan vitamin A dengan prevalensi anemia.
Sementara itu Dekan FKUI Prof. dr. Ari Fahrial Syam mengatakan FKUI sebagai institusi pendidikan kedokteran ternama di Indonesia dengan salah satu misinya untuk mencari akar permasalahan seputar masalah gizi pada remaja, mendorong para peneliti untuk melakukan eksplorasi atas permasalahan yang terjadi.
Sehingga, lanjut dia, langkah dan strategi penanganan yang tepat dapat dipersiapkan. Masukan ini tentu sangat berharga untuk mengatasi permasalahan gizi remaja, karena masa depan bangsa dan negara ada pada para remaja ini.
Baca juga: PKK Jabar: Penanganan pandemi jangan lupakan soal gizi dan "stunting"
Baca juga: Gerakan sarapan sehat untuk cetak generasi berkualitas
Baca juga: Saran Dokter Gizi saat konsumsi mi instan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021