Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), memperpanjang reli untuk sesi keempat berturut-turut dan mencatat kenaikan untuk minggu ini setelah pemulihan yang kuat dari penurunan tajam Senin (19/7) didukung oleh ekspektasi bahwa pasokan akan tetap ketat sepanjang tahun.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September mengakhiri sesi dengan menguat 31 sen atau 0,4 persen, menjadi 74,10 dolar AS per barel setelah melonjak 2,2 persen pada Kamis (22/7). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 16 sen atau 0,2 persen menjadi 72,07 dolar AS per barel setelah terangkat 2,3 persen sehari sebelumnya.
Untuk minggu ini, Brent naik 0,7 persen setelah turun selama tiga minggu berturut-turut, sementara WTI naik 0,4 persen setelah jatuh selama dua minggu.
Kedua harga acuan minyak anjlok sekitar 7,0 persen pada Senin (19/7), namun kemudian mengurangi kerugian tersebut karena investor memperkirakan permintaan tetap kuat dan pasar menerima dukungan dari penurunan stok minyak dan meningkatnya tingkat vaksinasi.
Harga minyak dan aset berisiko lainnya jatuh pada awal minggu di tengah kekhawatiran atas dampak pada ekonomi dan permintaan minyak mentah dari melonjaknya kasus varian Delta COVID-19 di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan di tempat lain.
"Kekhawatiran permintaan terbukti dibesar-besarkan, itulah sebabnya harga minyak telah pulih. Meskipun ada ekspansi pasokan minyak, pasar minyak akan tetap sedikit kekurangan pasokan hingga akhir tahun," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Pertumbuhan permintaan diperkirakan akan melebihi pasokan setelah kesepakatan pada Minggu (18/7) antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, untuk menambah kembali 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan mulai Agustus.
Analis ANZ Research mengatakan dalam sebuah laporan bahwa pasar mulai merasakan kenaikan OPEC+ tidak akan cukup untuk menjaga keseimbangan pasar dan persediaan di Amerika Serikat serta di seluruh negara OECD akan terus turun.
Persediaan minyak mentah AS naik 2,1 juta barel pekan lalu, tetapi stok di titik pengiriman Cushing, Oklahoma untuk WTI mencapai level terendah sejak Januari 2020.
Rig minyak AS naik tujuh rig menjadi 387 rig minggu ini, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Tetapi pemulihan dalam pengeboran tampak moderat karena para produsen melakukan penghematan pengeluaran.
"Kami masih berpikir penurunan harga minyak mentah dan sulingan yang didorong OPEC+ adalah peluang pembelian dan Brent diproyeksikan akan mencapai 100 dolar AS per barel tahun depan, dengan sulingan ikut naik," kata Bank of America dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak melonjak dua persen lebih dipicu ekspektasi mengetatnya pasokan
Baca juga: Harga minyak melonjak meski stok AS meningkat, Brent terangkat 4,2 persen
Baca juga: Harga minyak "rebound" karena pasar memanfaatkan harga diskon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September mengakhiri sesi dengan menguat 31 sen atau 0,4 persen, menjadi 74,10 dolar AS per barel setelah melonjak 2,2 persen pada Kamis (22/7). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 16 sen atau 0,2 persen menjadi 72,07 dolar AS per barel setelah terangkat 2,3 persen sehari sebelumnya.
Untuk minggu ini, Brent naik 0,7 persen setelah turun selama tiga minggu berturut-turut, sementara WTI naik 0,4 persen setelah jatuh selama dua minggu.
Kedua harga acuan minyak anjlok sekitar 7,0 persen pada Senin (19/7), namun kemudian mengurangi kerugian tersebut karena investor memperkirakan permintaan tetap kuat dan pasar menerima dukungan dari penurunan stok minyak dan meningkatnya tingkat vaksinasi.
Harga minyak dan aset berisiko lainnya jatuh pada awal minggu di tengah kekhawatiran atas dampak pada ekonomi dan permintaan minyak mentah dari melonjaknya kasus varian Delta COVID-19 di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan di tempat lain.
"Kekhawatiran permintaan terbukti dibesar-besarkan, itulah sebabnya harga minyak telah pulih. Meskipun ada ekspansi pasokan minyak, pasar minyak akan tetap sedikit kekurangan pasokan hingga akhir tahun," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Pertumbuhan permintaan diperkirakan akan melebihi pasokan setelah kesepakatan pada Minggu (18/7) antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, untuk menambah kembali 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan mulai Agustus.
Analis ANZ Research mengatakan dalam sebuah laporan bahwa pasar mulai merasakan kenaikan OPEC+ tidak akan cukup untuk menjaga keseimbangan pasar dan persediaan di Amerika Serikat serta di seluruh negara OECD akan terus turun.
Persediaan minyak mentah AS naik 2,1 juta barel pekan lalu, tetapi stok di titik pengiriman Cushing, Oklahoma untuk WTI mencapai level terendah sejak Januari 2020.
Rig minyak AS naik tujuh rig menjadi 387 rig minggu ini, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Tetapi pemulihan dalam pengeboran tampak moderat karena para produsen melakukan penghematan pengeluaran.
"Kami masih berpikir penurunan harga minyak mentah dan sulingan yang didorong OPEC+ adalah peluang pembelian dan Brent diproyeksikan akan mencapai 100 dolar AS per barel tahun depan, dengan sulingan ikut naik," kata Bank of America dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak melonjak dua persen lebih dipicu ekspektasi mengetatnya pasokan
Baca juga: Harga minyak melonjak meski stok AS meningkat, Brent terangkat 4,2 persen
Baca juga: Harga minyak "rebound" karena pasar memanfaatkan harga diskon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021