Gareth Southgate mengutuk pelecehan rasis yang "tak termaafkan" yang ditujukan pada tiga pemain timnas Inggris yang gagal mengeksekusi tendangan penalti saat mereka kalah dalam final Euro 2020 melawan Italia.
Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka menjadi korban pelecehan yang memuakkan di media sosial setelah Inggris kalah adu penalti 3-2 di Wembley.
Sejumlah orang yang mengaku penggemar Inggris menggunakan cercaan rasial untuk mengkambinghitamkan ketiga pemain atas kekalahan tersebut. Pesan ofensif lainnya disertai dengan tagar "Forza Italia".
Para pemain Inggris telah membuat pendirian tegas dalam melawan rasisme selama turnamen ini dengan berlutut sebelum semua pertandingan mereka termasuk final Minggu.
“Bagi mereka yang dilecehkan adalah tak termaafkan,” kata Southgate pada konferensi seperti dikutip AFP, Selasa.
"Beberapa dari mereka berasal dari luar negeri, kita sudah diberitahu ini, tapi ada juga yang dari dalam negeri."
"Kami telah menjadi mercusuar untuk menyatukan orang-orang dan tim nasional yang mewakili semua orang. Kami merasakan energi dan kepositifan para penggemar dan saya sangat bangga akan hal itu."
Setelah gagal mengeksekusi penalti penentu saat kalah adu penalti dalam semifinal Euro 96 melawan Jerman, Southgate tahu bagaimana rasanya menanggung ejekan dan cemoohan setelah kekalahan yang menyakitkan.
Banyak pemain Inggris saat ini maupun sebelumnya, termasuk David Beckham dan Raheem Sterling, dituding oleh penggemar Three Lions sebagai biang keladi dalam kegagalan turnamen besar.
Southgate mengatakan bahwa memastikan bintang-bintangnya mendapatkan dukungan setelah gagal penalti adalah "yang paling dipikirkannya".
“Kami harus memastikan kami ada di sana, dan bersama dengan klub mereka untuk memastikan bahwa kami melindungi anak-anak itu, tentu saja,” kata dia.
Keputusan Southgate memasukkan Rashford dan Sancho di saat-saat terakhir perpanjangan waktu, khususnya agar mereka bisa mengambil penalti, menuai kritik karena pertaruhan itu menjadi bumerang.
Tapi umumnya dia mendapatkan pujian besar di dalam dan di luar lapangan sejak mengambil alih jabatan manajer timnas Inggris pada 2016.
Baca juga: Gareth Southgate ingin tetap latih Inggris untuk Piala Dunia 2022
Baca juga: Reaksi untuk Italia dan Inggris setelah final Euro 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka menjadi korban pelecehan yang memuakkan di media sosial setelah Inggris kalah adu penalti 3-2 di Wembley.
Sejumlah orang yang mengaku penggemar Inggris menggunakan cercaan rasial untuk mengkambinghitamkan ketiga pemain atas kekalahan tersebut. Pesan ofensif lainnya disertai dengan tagar "Forza Italia".
Para pemain Inggris telah membuat pendirian tegas dalam melawan rasisme selama turnamen ini dengan berlutut sebelum semua pertandingan mereka termasuk final Minggu.
“Bagi mereka yang dilecehkan adalah tak termaafkan,” kata Southgate pada konferensi seperti dikutip AFP, Selasa.
"Beberapa dari mereka berasal dari luar negeri, kita sudah diberitahu ini, tapi ada juga yang dari dalam negeri."
"Kami telah menjadi mercusuar untuk menyatukan orang-orang dan tim nasional yang mewakili semua orang. Kami merasakan energi dan kepositifan para penggemar dan saya sangat bangga akan hal itu."
Setelah gagal mengeksekusi penalti penentu saat kalah adu penalti dalam semifinal Euro 96 melawan Jerman, Southgate tahu bagaimana rasanya menanggung ejekan dan cemoohan setelah kekalahan yang menyakitkan.
Banyak pemain Inggris saat ini maupun sebelumnya, termasuk David Beckham dan Raheem Sterling, dituding oleh penggemar Three Lions sebagai biang keladi dalam kegagalan turnamen besar.
Southgate mengatakan bahwa memastikan bintang-bintangnya mendapatkan dukungan setelah gagal penalti adalah "yang paling dipikirkannya".
“Kami harus memastikan kami ada di sana, dan bersama dengan klub mereka untuk memastikan bahwa kami melindungi anak-anak itu, tentu saja,” kata dia.
Keputusan Southgate memasukkan Rashford dan Sancho di saat-saat terakhir perpanjangan waktu, khususnya agar mereka bisa mengambil penalti, menuai kritik karena pertaruhan itu menjadi bumerang.
Tapi umumnya dia mendapatkan pujian besar di dalam dan di luar lapangan sejak mengambil alih jabatan manajer timnas Inggris pada 2016.
Baca juga: Gareth Southgate ingin tetap latih Inggris untuk Piala Dunia 2022
Baca juga: Reaksi untuk Italia dan Inggris setelah final Euro 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021