Perasaan cemas yang muncul saat menerima berita buruk terkait COVID-19 merupakan respon yang wajar dialami oleh siapa saja. Namun perlu diwaspadai jika kecemasan sudah berubah menjadi berlebihan hingga menghambat aktivitas sehari-hari, kata dokter spesialis kejiwaan Klinik Angsamerah I Gusti Ngurah Agastya.
"Pandemi merupakan kondisi yang tidak terhindarkan. Kini yang paling penting adalah bagaimana cara kita merespon kondisi pandemi,” ujar Agastya saat dihubungi ANTARA melalui telepon, Kamis (8/7/2021).
Berikut ini adalah sejumlah kiat yang berguna untuk mengurangi kecemasan saat menerima berita buruk tentang pandemi, seperti dipaparkan oleh Agastya dan psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto.
1. Memastikan informasi COVID-19 dari sumber yang valid
Menurut Agastya, memastikan informasi dari sumber yang terpercaya merupakan langkah yang sangat penting. “Jika kita mendengar informasi COVID-19 dari mulut ke mulut atau hanya dari media sosial, justru akan membuat kita jadi lebih cemas, takut, dan sedih," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Kasandra bahwa dalam situasi pandemi, salah satu langkah utama yang harus dilakukan adalah menjaga diri dan keluarga dari hoax atau berita bohong.
“Bayangkan sekarang dengan teknologi informasi di masa kini, potensi ledakan informasi hoax dan berita bohong potensinya sangat tinggi,” lanjut Kasandra.
2. Membatasi informasi dan interaksi dengan menghindari sumber-sumber emosi
Berita buruk terkait COVID-19 yang beredar di masyarakat merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan. Menurut Kasandra puasa menggunakan media sosial bisa menjadi solusi.
Selaras dengan Kasandra, Agastya mengatakan kesadaran untuk memberi batasan kepada diri sendiri saat menggali informasi terkait COVID-19 harus diutamakan.
“Jika berita tersebut sudah mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari hingga tidak bisa berfungsi secara normal, ini merupakan warning dan harus stop dulu,” kata dokter Agastya.
3. Menjaga pikiran dan suasana hati tetap positif
“Kita harus berusaha serta menjaga pola pikir dan energi kita menjadi sesuatu yang positif,” ujar Agastya.
Sesuatu yang positif itu salah satunya dapat didapatkan dari informasi terpercaya. Menurut Agastya informasi yang jelas akan membuat pikiran merespon dengan lebih positif.
Selain itu, kita perlu meyakinkan kepada diri sendiri bahwa pandemi ini akan berlalu dan akan melalui masa sulit ini secara bersama-sama, jelas Agastya.
4. Membangun dan mencari dukungan sosial terdekat
Tak bisa dipungkiri bahwa saat menghadapi masa krisis seperti ini, dukungan sosial sangat diperlukan. Dukungan sosial bisa bersumber dari keluarga, teman, lingkungan pekerjaan, bahkan komunitas. Meski selama pandemi di rumah saja, kita tetap bisa menelpon atau melakukan panggilan video agar tetap terhubung dengan orang lain.
“Saat ini kita berada di masa kritis, apapun yang kita pilih untuk lakukan akan berbalik kepada diri kita. Saat ini yang paling tepat adalah berbuat baik kepada sesama untuk saling membantu,” kata Kasandra.
5. Kendalikan perasaan dengan aktivitas positif dengan relaksasi, meditasi, dan olahraga
Salah satu cara untuk mengendalikan perasaan cemas adalah dengan teknik relaksasi.
“Teknik relaksasi merupakan teknik pernapasan secara lambat dan perlahan agar menenangkan perasaan kita. Itu bisa untuk menenangkan perasaan-perasaan yang kurang nyaman,” kata Agastya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah meditasi di rumah dan berolahraga dengan menyesuaikan kondisi.
Baca juga: Psikolog sebut cemas selama wabah corona bisa munculkan gejala psikosomatis
Baca juga: Ditemukan varian COVID-19 India, Bupati Kudus: Kalau taat prokes tak perlu takut
Baca juga: Survei Voxpopuli sebut masyarakat lebih takut kelaparan dibandingkan Corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pandemi merupakan kondisi yang tidak terhindarkan. Kini yang paling penting adalah bagaimana cara kita merespon kondisi pandemi,” ujar Agastya saat dihubungi ANTARA melalui telepon, Kamis (8/7/2021).
Berikut ini adalah sejumlah kiat yang berguna untuk mengurangi kecemasan saat menerima berita buruk tentang pandemi, seperti dipaparkan oleh Agastya dan psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto.
1. Memastikan informasi COVID-19 dari sumber yang valid
Menurut Agastya, memastikan informasi dari sumber yang terpercaya merupakan langkah yang sangat penting. “Jika kita mendengar informasi COVID-19 dari mulut ke mulut atau hanya dari media sosial, justru akan membuat kita jadi lebih cemas, takut, dan sedih," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Kasandra bahwa dalam situasi pandemi, salah satu langkah utama yang harus dilakukan adalah menjaga diri dan keluarga dari hoax atau berita bohong.
“Bayangkan sekarang dengan teknologi informasi di masa kini, potensi ledakan informasi hoax dan berita bohong potensinya sangat tinggi,” lanjut Kasandra.
2. Membatasi informasi dan interaksi dengan menghindari sumber-sumber emosi
Berita buruk terkait COVID-19 yang beredar di masyarakat merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan. Menurut Kasandra puasa menggunakan media sosial bisa menjadi solusi.
Selaras dengan Kasandra, Agastya mengatakan kesadaran untuk memberi batasan kepada diri sendiri saat menggali informasi terkait COVID-19 harus diutamakan.
“Jika berita tersebut sudah mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari hingga tidak bisa berfungsi secara normal, ini merupakan warning dan harus stop dulu,” kata dokter Agastya.
3. Menjaga pikiran dan suasana hati tetap positif
“Kita harus berusaha serta menjaga pola pikir dan energi kita menjadi sesuatu yang positif,” ujar Agastya.
Sesuatu yang positif itu salah satunya dapat didapatkan dari informasi terpercaya. Menurut Agastya informasi yang jelas akan membuat pikiran merespon dengan lebih positif.
Selain itu, kita perlu meyakinkan kepada diri sendiri bahwa pandemi ini akan berlalu dan akan melalui masa sulit ini secara bersama-sama, jelas Agastya.
4. Membangun dan mencari dukungan sosial terdekat
Tak bisa dipungkiri bahwa saat menghadapi masa krisis seperti ini, dukungan sosial sangat diperlukan. Dukungan sosial bisa bersumber dari keluarga, teman, lingkungan pekerjaan, bahkan komunitas. Meski selama pandemi di rumah saja, kita tetap bisa menelpon atau melakukan panggilan video agar tetap terhubung dengan orang lain.
“Saat ini kita berada di masa kritis, apapun yang kita pilih untuk lakukan akan berbalik kepada diri kita. Saat ini yang paling tepat adalah berbuat baik kepada sesama untuk saling membantu,” kata Kasandra.
5. Kendalikan perasaan dengan aktivitas positif dengan relaksasi, meditasi, dan olahraga
Salah satu cara untuk mengendalikan perasaan cemas adalah dengan teknik relaksasi.
“Teknik relaksasi merupakan teknik pernapasan secara lambat dan perlahan agar menenangkan perasaan kita. Itu bisa untuk menenangkan perasaan-perasaan yang kurang nyaman,” kata Agastya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah meditasi di rumah dan berolahraga dengan menyesuaikan kondisi.
Baca juga: Psikolog sebut cemas selama wabah corona bisa munculkan gejala psikosomatis
Baca juga: Ditemukan varian COVID-19 India, Bupati Kudus: Kalau taat prokes tak perlu takut
Baca juga: Survei Voxpopuli sebut masyarakat lebih takut kelaparan dibandingkan Corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021