Dinas Pertanian Kabupaten Garut melakukan antisipasi meminimalkan kerugian materi agar tidak terlalu besar dampak musim kemarau dengan menerjunkan petugas untuk mengarahkan petani agar menanam tanaman yang usianya pendek dan tidak membutuhkan banyak air.
"Sudah membuat imbauan, satu supaya mereka memilih tanaman-tanaman yang umurnya pendek, kedua menanam yang ekonominya tinggi yaitu sayuran tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Beni Yoga di Garut, Selasa.
Ia menuturkan Dinas Pertanian Garut terus memantau perkembangan dan kondisi areal pertanian menjelang musim kemarau termasuk memberikan imbauan kepada petani untuk tidak menanam tanaman yang membutuhkan air banyak menjelang kemarau.
Langkah itu, kata dia, sebagai antisipasi agar petani tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat tanamannya tidak mendapatkan air yang cukup yang akhirnya terjadi gagal panen.
"Tanam sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, kita tidak sarankan untuk padi sawah karena kebutuhan airnya cukup besar, kecuali di daerah irigasi, kalau daerah tadah hujan tidak disarankan untuk menanam padi," katanya.
Ia menyampaikan langkah yang dilakukan Dispertan Garut tidak hanya imbauan pengalihan tanaman, melainkan telah menerjunkan petugas lapangan dengan peralatan pompa air untuk membantu petani memenuhi kebutuhan air pertaniannya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya menyiapkan petugas yang siap membantu dan memberikan contoh untuk mengatasi berbagai ancaman serangan hama yang seringkali terjadi pada musim kemarau.
"Alat mesin pompa air, termasuk alat-alat mesin pertanian yang terkait penanganan hama penyakit, kita siapkan beserta petugas," katanya.
Terkait puncak musim kemarau, kata Beni, berdasarkan laporan BMKG diperkirakan akan terjadi pada Agustus dan September 2021, untuk itu dari mulai sekarang petani tidak menanam tanaman yang berumur panjang atau membutuhkan banyak air.
"Makanya kita antisipasi dari sekarang supaya petani tidak melakukan pemilihan tanaman yang umurnya panjang dan airnya tinggi," katanya.
Ia menambahkan saat ini sejumlah daerah di Kabupaten Garut dilaporkan masih turun hujan sehingga masih bisa memenuhi kebutuhan air untuk areal pertanian meskipun hujannya tidak setiap hari.
Namun sebagian daerah lainnya seperti wilayah utara dan selatan Garut, kata dia, dilaporkan sudah lama tidak turun hujan akibatnya ada areal pertanian yang kekurangan pasokan air.
"Masih ada beberapa titik curah hujan, tapi kemarau kriteria ringan dan sedang sudah masuk ke kita, terutama daerah utara dan selatan, tapi belum sampai mengarah ke berat dan fuso," katanya.
Baca juga: Petugas pertanian terus bergerak antisipasi serangan hama di Garut
Baca juga: PT Pupuk Kujang dampingi petani cabai Garut agar produktif
Baca juga: Jamkrindo bantu pemberdayaan ekonomi petani kopi Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Sudah membuat imbauan, satu supaya mereka memilih tanaman-tanaman yang umurnya pendek, kedua menanam yang ekonominya tinggi yaitu sayuran tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Beni Yoga di Garut, Selasa.
Ia menuturkan Dinas Pertanian Garut terus memantau perkembangan dan kondisi areal pertanian menjelang musim kemarau termasuk memberikan imbauan kepada petani untuk tidak menanam tanaman yang membutuhkan air banyak menjelang kemarau.
Langkah itu, kata dia, sebagai antisipasi agar petani tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat tanamannya tidak mendapatkan air yang cukup yang akhirnya terjadi gagal panen.
"Tanam sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi, kita tidak sarankan untuk padi sawah karena kebutuhan airnya cukup besar, kecuali di daerah irigasi, kalau daerah tadah hujan tidak disarankan untuk menanam padi," katanya.
Ia menyampaikan langkah yang dilakukan Dispertan Garut tidak hanya imbauan pengalihan tanaman, melainkan telah menerjunkan petugas lapangan dengan peralatan pompa air untuk membantu petani memenuhi kebutuhan air pertaniannya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya menyiapkan petugas yang siap membantu dan memberikan contoh untuk mengatasi berbagai ancaman serangan hama yang seringkali terjadi pada musim kemarau.
"Alat mesin pompa air, termasuk alat-alat mesin pertanian yang terkait penanganan hama penyakit, kita siapkan beserta petugas," katanya.
Terkait puncak musim kemarau, kata Beni, berdasarkan laporan BMKG diperkirakan akan terjadi pada Agustus dan September 2021, untuk itu dari mulai sekarang petani tidak menanam tanaman yang berumur panjang atau membutuhkan banyak air.
"Makanya kita antisipasi dari sekarang supaya petani tidak melakukan pemilihan tanaman yang umurnya panjang dan airnya tinggi," katanya.
Ia menambahkan saat ini sejumlah daerah di Kabupaten Garut dilaporkan masih turun hujan sehingga masih bisa memenuhi kebutuhan air untuk areal pertanian meskipun hujannya tidak setiap hari.
Namun sebagian daerah lainnya seperti wilayah utara dan selatan Garut, kata dia, dilaporkan sudah lama tidak turun hujan akibatnya ada areal pertanian yang kekurangan pasokan air.
"Masih ada beberapa titik curah hujan, tapi kemarau kriteria ringan dan sedang sudah masuk ke kita, terutama daerah utara dan selatan, tapi belum sampai mengarah ke berat dan fuso," katanya.
Baca juga: Petugas pertanian terus bergerak antisipasi serangan hama di Garut
Baca juga: PT Pupuk Kujang dampingi petani cabai Garut agar produktif
Baca juga: Jamkrindo bantu pemberdayaan ekonomi petani kopi Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021