Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin mengatakan pemikiran mengenai Darul Misaq merupakan jalan tengah atas pandangan Islam dan NKRI untuk menjadi negara yang moderat dan penuh toleransi.
“Darul Misaq sebagai jalan tengah atas pandangan Islam dan NKRI untuk menjadi negara yang moderat dan penuh toleransi atas berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Pemikiran Darul Misaq ini diharapkan dapat menjadi gagasan yang baik demi NKRI,” ujarnya dalam keterangan tertulis bedah buku “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan” yang diterima di Jakarta, Senin.
Bedah buku Darul Misaq diselenggarakan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bedah buku tersebut rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke-57 UNJ. Buku tersebut merupakan karya Wapres K.H. Ma’ruf Amin.
Buku itu menjelaskan mengenai bagaimana Indonesia sebagai “nation state” dan mozaik luar biasa indah yang ditenun dari kemajemukan suku bangsa, adat istiadat, bahasa, agama, ras, dan antargolongan. Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika adalah pengikat kemajemukan tersebut.
Sebagai negara bangsa yang majemuk, Indonesia juga dianugerahi kondisi geografis yang unik-strategis dan begitu banyak kekayaan alam yang melimpah dari lautan dan daratannya, agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Potensi kemajemukan dan kekayaan alam tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi ikatan kebangsaan Indonesia.
Wapres menambahkan ikatan kebangsaan Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang dan fluktuatif. Semangat dan rasa kebangsaan Indonesia, pada masanya naik sampai pada titik yang paling tinggi, seperti terlihat pada momentum Kebangkitan Nasional (1908), Sumpah Pemuda (1928), dan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (1945).
Namun, pada masa yang lain turun sampai pada titik yang kritis dan mengkhawatirkan, misalnya pada konflik 1950-1960an dan 1998-2000-an, bahkan mengancam disintegrasi bangsa. Hal itu dikarenakan semangat dan rasa kebangsaan tidaklah bersifat permanen, melainkan sangat bergantung pada kondisi dan situasi yang melingkupinya.
Pada era disrupsi saat ini, tantangan bagi ikatan kebangsaan Indonesia adalah teknologi, komunikasi dan informasi digital, terutama media sosial yang semakin penuh risiko. Persebaran berita atau informasi dari media sosial begitu masif, perputarannya per detik dan sulit dikendalikan.
Rektor UNJ Prof Komarudin mengatakan buku “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan”, merupakan oase dan sekaligus solusi dalam mengatasi problematika ikatan kebangsaan yang tengah menghadapi tantangan besar era disrupsi dan segala derivasinya.
Konsepsi Darul Misaq yang digagas Wapres melalui proses panjang pergulatan pemikiran, genealogis, dan empirik. Sejak pergulatannya di dunia pesantren, kampus, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, hingga pemerintahan.
Konsepsi Darul Misaq secara detail, tidak hanya menjelaskan konteks sosial politik yang melatarbelakangi munculnya terminologi Darul Misaq, tetapi juga pembahasan mendasar tentang Darul Misaq dalam bingkai teologis, sosial, politik, pendidikan, dan kebangsaan.
“Dalam konteks bidang pendidikan, konsepsi Darul Misaq menjadi diskursus penting yang relevan dan solutif di tengah problematika pendidikan nasional yang minus dan hampa kesadaran kebangsaan. Selanjutnya, konsepsi Drul Mq dapat menjadi jembatan bagi lahirnya kurikulum pendidikan nasional yang berwawasan kebangsaan. Kurikulum pendidikan kebangsaan yang bertujuan untuk melahirkan kecerdasan kewargaan digital yang pancasilais, moderat, dan berakhlaqul karimah,” katanya.
Direktur Pascasarjana UNJ Prof Dr Nadiroh MPd mengatakan makna Darul Misaq merupakan realitas keragaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Internalisasi nilai Darul Misaq dapat dilalui dengan melalui adaptasi dan transformasi.
Baca juga: Wapres Ma'ruf sebut masih ada ceramah keagamaan singgung khilafah
Baca juga: Wapres Ma'ruf minta peningkatan ekspor produk halal global ke OKI
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021